Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ternyata... Ini Tantangan Utama Keamanan Siber di Indonesia

Ternyata... Ini Tantangan Utama Keamanan Siber di Indonesia Kredit Foto: Unsplash
Warta Ekonomi, Jakarta -

Palo Alto Network merilis surveinya tentang perilaku bisnis terhadap keamanan siber pada perusahaan di Asia Tenggara. Hasilnya, investasi perusahaan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan.

Namun, meskipun investasi meningkat, hanya 52% dari perusahaan-perusahaan Indonesia yang disurvei yakin dan percaya diri dengan langkah-langkah keamanan mereka.

Baca Juga: Data Tokopedia Bocor di Medsos, Apa Kata Pakar Keamanan Siber?

Walaupun perusahaan telah menunjukkan komitmen terhadap keamanan siber serta meningkatkan anggaran untuk investasinya, kurangnya kepercayaan dapat menandakan masih adanya permasalahan lain, yakni faktor manusia. Dua dari tiga tantangan utama keamanan siber besar kesemuanya berkaitan dengan "faktor manusia/orang", yaitu kesadaran karyawan (54%) dan pemahaman dari manajemen (40%).

"Perusahaan-perusahaan Indonesia tengah dihadapkan pada jenis-jenis serangan siber baru sepanjang tahun. Meskipun mereka sadar akan arti pentingnya penerapan higiene di lingkungan siber dasar, edukasi tentang keamanan siber saja belumlah mencukupi," ujar Country Manager Indonesia Palo Alto Network, Surung Sinamo, dalam konferensi pers virtual, Rabu (15/7/2020).

Peranti-peranti dasar seperti anti-malware dan antivirus (76%) dilaporkan sebagai solusi paling populer di kalangan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Perilaku ini didorong oleh sangat kuatnya persepsi yang terbangun di Indonesia tentang seputar bahayanya malware. Namun, berdasarkan pengamatan, prioritas beralih ke arah pengamanan deployment cloud dan ini dibuktikan dengan adopsi cloud native security platforms (61%), software-defined wide area networking (56%), dan next-generation firewalls (51%).

"Perangkat-perangkat untuk keamanan siber yang mendayagunakan otomatisasi dan machine learning telah menjadi instrumen untuk melakukan tindakan preventif serta mempercepat respons terhadap ancaman-ancaman siber, baik yang known maupun unknown, yang dihadapi bisnis setiap harinya. Hal ini sangat penting terutama bagi Indonesia, rumah bagi populasi terbesar pengguna internet di dunia, dengan lanskap e-commerce dan pembayaran digital yang berkembang pesat," lanjutnya.

Survei Palo Atlo menilai, perusahaan-perusahaan Indonesia juga menunjukkan komitmennya yang jelas untuk meningkatkan visibilitas ketika menyangkut penanganan risiko-risiko keamanan siber. Sebagian besar (92%) perusahaan melaporkan melakukan peninjauan terhadap kebijakan keamanan siber dan prosedur operasi standar mereka setidaknya sekali dalam setahun.

Perusahaan Indonesia memiliki advokasi yang kuat untuk transparansi dengan 92% mendukung pelaporan pelanggaran wajib. Sebagian besar perusahaan (83%) juga melakukan pemeriksaan terhadap komputer-komputer setidaknya sekali dalam sebulan untuk memastikan peranti lunak pada komputer-komputer tersebut masih up to date.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: