Warga Australia Juga Suka Konsumsi Teori Konsiprasi, Alhasil...
Alasan banyak orang menolak dites
Lonjakan informasi yang salah ini terjadi ketika Australia menghadapi tingginya kembali penularan virus corona di negara bagian Victoria dan di saat pemerintah mendorong warga untuk dites
Jane Williams, seorang peneliti dari Sydney Health Ethics di University of Sydney, baru-baru ini menulis dalam The Conversation tentang mengapa orang mungkin menolak dites COVID-19.
Dia mengatakan masih tidak cukup tahu motivasi dari mereka yang menghindari tes, apakah mereka merasa kebingungan, ketakutan atau masalah keuangan, dan saat ini kita juga tidak dapat mengukur apakah kesalahan informasi online berdampak pada keputusan tersebut.
Dr Williams mengatakan, ada baiknya melihat kasus penolakan vaksinasi sebagai perbandingan.
"Informasi yang salah mendorong beberapa orang untuk tidak melakukan vaksinasi, tetapi sebagian besar dari mereka yang tidak divaksinasi bukan karena kepercayaan, melainkan faktor kepraktisan," katanya, seperti kemudahan dan biaya akses.
Beberapa grup di Facebook yang membagikan informasi salah soal pengetesan memiliki rekam jejak menyebut virus itu sebagai hoaks, serta menyebarkan teori konspirasi di balik aturan jarak sosial dan "lockdown".
Peneliti dari University of Melbourne George Buchanan telah mengamati diskusi online tentang COVID-19 pada platform seperti YouTube dan Twitter.
Dalam beberapa minggu terakhir, ia telah mengamati meningkatnya kekhawatiran tentang tes yang disebarkan di media sosial.
Beberapa orang juga menyebarkan kekhawatiran tentang dampak fisik setelah dites.
Secara umum, ia mengamati unggahan anti-tes sebagian besar berasal dari luar negeri bukan dari Australia.
"Banyak kelompok anti-tes datang dari orang-orang yang memperdebatkan satu dari dua hal: antara "kondisi ini tidak benar-benar terjadi" dan "mengapa harus dites kalau tidak perlu?"" katanya.
"Atau, ada orang-orang yang mengklaim bahwa tenaga medis dan politisi melebih-lebihkan [situasi] untuk membuat orang takut."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: