Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Warga Australia Juga Suka Konsumsi Teori Konsiprasi, Alhasil...

Warga Australia Juga Suka Konsumsi Teori Konsiprasi, Alhasil... Kredit Foto: Reuters/AAP Image/Paul Braven
Warta Ekonomi, Melbourne -

Melbourne sedang melakukan tes virus corona besar-besaran untuk mengendalikan kasus penularan yang baru terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Tetapi di media sosial, peningkatan jumlah tes disertai juga dengan meningkatnya informasi yang keliru dan teori konspirasi soal keamanan prosedur tes COVID-19.

Dalam beberapa unggahan disebutkan jenis tes COVID-19 yang dilakukan saat ini tidak dapat mendeteksi virus dan malah disebut berbahaya.

Sebagian besar konten dari Facebook dan Instagram yang dikirimkan ke ABC terkait dengan tes COVID-19 yang dikenal sebagai tes polimerase, atau PCR.

Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 lewat metode "swab" yang dimasukkan ke satu atau kedua lubang hidung atau ke bagian belakang tenggorokan.

Di Victoria, Juru bicara untuk Departemen Kesehatan (DHHS) mengatakan sebanyak 1.068.000 tes COVID-19 telah diproses sampai hari ini.

"Yang dilakukan di Victoria adalah tes PCR, salah satu cara yang biasanya dilakukan untuk mendeteksi virus corona," katanya.

"Tes ini dianggap sebagai tes yang paling biasa diandalkan dan secara teratur diperiksa efektivitasnya sebagai bagian dari studi validasi di laboratorium."

Tapi masih banyak orang yang menolak dites di saat terjadi lonjakan kasus penularan di beberapa wilayah di Australia.

Belum jelas apakah karena informasi yang salah tersebut menyebabkan mereka yang pernah menjalani karantina di hotel atau di wilayah lockdown di Victoria menolak dites.

Pekan lalu, Menteri Kesehatan Negara Bagian Victoria, Jenny Mikakos, menghubungkan penolakan dites dengan teori konspirasi yang dipercaya warga.

Namun, Juru bicara DHHS belakangan mengatakan kepada situs "The Guardian" jika teori konspirasi bukan jadi alasan mengapa ada warga yang menolak dites.

"Orang-orang telah menolak tes karena alasan-alasan seperti tidak mau di-swab melalui lubang hidungnya dan lebih memilih tes air liur, juga karena kendala bahasa, yang sedang berusaha diatasi tim kali," kata juru bicara DHHS.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: