Workday, sebuah perusahaan global penyedia teknologi manajemen keuangan dan sumber daya manusia, mengumumkan hasil studi independennya yang mengeksplorasi dampak pandemi Covid-19 terhadap proses transformasi digital perusahaan di Indonesia.
Studi ini menemukan bahwa 50% perusahaan Indonesia menjadikan transformasi digital prioritas utama selama masa pandemi, sedangkan 31% perusahaan justru memperlambat transformasi digital mereka.
Baca Juga: Mengelola Infrastruktur Digital dalam Adaptasi Kebiasaan Baru
"Tahun ini, banyak perusahaan yang harus memperbarui sistem bisnis mereka secara signifikan dalam waktu yang singkat. Studi kami membuktikan bahwa proses bisnis yang masih luring adalah salah satu rintangan terbesar," kata Presiden Workday Asia, Rob Wells, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (24/7/2020).
Studi yang berjudul Workday Digital Agility Index ini dilakukan bersama perusahaan market intelligence IDC dan surveinya mencakup hampir 900 pemimpin bisnis di bidang sumber daya manusia, keuangan, dan teknologi informasi dari sembilan negara di Asia Pasifik. Hasil survei ini menangkap ketangkasan digital (digital agility) berbagai perusahaan selama masa pandemi Covid-19 secara rinci.
Workday mendapatkan tiga hasil utama dari studi tersebut: (1) kebanyakan perusahaan kesulitan beradaptasi selama masa pandemi; (2) kurangnya kecakapan dalam memanfaatkan sarana digital menjadi masalah utama perusahaan; dan (3) sebagian besar perusahaan tengah berusaha mempercepat transformasi digital selama masa pandemi.
Sebagai akibat dari kurangnya ketangkasan digital, empat dari lima (80%) perusahaan mengalami kesulitan dalam mengubah rencana keuangan tahun ini. Selain itu, 69% perusahaan juga menghadapi kesulitan dalam mengubah struktur organisasinya. Jumlah yang sama juga mengakui bahwa mereka tidak memiliki catatan atas keahlian karyawan. Hal ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan tersebut tidak dapat menyusun gugus tugas khusus untuk menangani perubahan drastis yang dibawa oleh pandemi Covid-19.
Masalah juga muncul pada pengelolaan bisnis sehari-hari dengan 41% perusahaan kesulitan mengelola cara-cara baru dalam merunut rantai perizinan (approval) dan kegiatan operasional lainnya. Ketika ditanya bagian mana yang paling terpengaruh oleh pandemi, perusahaan Indonesia menjawab penjualan (54%), pelayanan konsumen (50%), dan keuangan (46%).
Kurangnya kemampuan dalam memanfaatkan sarana digital merupakan salah satu tantangan terbesar perusahaan dalam mewujudkan transformasi digital selama pandemi. Sekitar 61% perusahaan di Indonesia tidak memiliki budaya kerja yang memberi penekanan pada ketangkasan dalam beradaptasi. Sementara itu, 63% perusahaan menilai kurang dari setengah karyawan mereka memiliki kemampuan yang mumpuni dalam memanfaatkan sarana digital. Kemudian, hingga 6% perusahaan bahkan menilai karyawannya tidak ada yang memiliki kemampuan digital sama sekali.
Kurangnya keahlian karyawan dalam memanfaatkan sarana digital dapat disebabkan pola pikir lama perusahaan Indonesia yang cenderung tidak melihat keahlian karyawan sebagai keunggulan dalam berkompetisi sehingga tidak banyak perusahaan yang secara strategis berinvestasi dalam mencari dan mengembangkan keahlian karyawan.
Sebanyak 78% perusahaan Indonesia tidak menganggap keahlian karyawan sebagai aset strategis dan tidak memiliki sarana serta proses yang mumpuni untuk mengelola potensi karyawan. Pola pikir ini juga memengaruhi pengalaman karyawan dalam bekerja (employee experience). Hanya 31% perusahaan menganggap pengalaman karyawan sebagai salah satu pertimbangan penting dalam mengambil keputusan.
Sebanyak 93% dari perusahaan yang disurvei menjadikan transformasi digital salah satu prioritas usaha dan 85% di antaranya menggunakan teknologi digital untuk terus dapat menjalankan rencana bisnis selama pandemi Covid-19.
Di 12-18 bulan ke depan, fokus utama transformasi digital perusahaan akan berada di sektor pelayanan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat seperti pelayanan pelanggan lini terdepan (67%), sistem back-end keuangan (65%), dan sistem front-end pemasukan (56%).
Sementara itu, bagian yang dinilai belum perlu transformasi digital adalah sistem back-end administrasi (44%) dan sistem back-end sumber daya manusia (37%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: