Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gawat, Intelijen China Gunakan LinkedIn buat...

Gawat, Intelijen China Gunakan LinkedIn buat... Kredit Foto: (Foto/Reuters)
Warta Ekonomi, Jakarta -

Saat ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) meningkat, Jun Wei Yeo mengaku di pengadilan AS sebagai 'agen ilegal kekuatan asing'. Pria 39 tahun itu pun divonis 10 tahun penjara.

Jun Wei Yeo atau dikenal sebagai Dickson Yeo adalah warga negara Singapura. Ia merupakan mahasiswa doktoral Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew Singapura (LKYSPP) dengan riset disertasi tentang kebijakan politik luar negeri China.

Baca Juga: Perang Dingin AS-China Masuki Babak Baru, Berbahayakah?

Melansir BBC, Senin (27/7/2020), Yeo diketahui mulai menjalin kontak dengan intelijen China pada 2015 silam dan tak lama berselang ia direkrut menjadi agen. Ia diminta menyediakan informasi tentang Departemen Perdagangan AS, perang dagang China-AS, dan soal artificial intelligence.

Untuk menyukseskan aksi spionasenya, Yeo menggunakan sebuah perusahaan konsultan palsu. Ia juga berlindung di balik statusnya sebagai akademisi. Sedangkan untuk menari target, ia memanfaatkan situs jejaring profesional LinkedIn.

Yeo membuat kontak krusialnya lewat situs LinkedIn, yang sejauh ini telah digunakan lebih dari 700 juta orang. Para pengguna LinkedIn memang sangat terbuka menjelaskan dirinya di situs tersebut.

Mantan pegawai, kontraktor pemerintah dan militer tidak malu mengunggah secara detail rincian sejarah pekerjaan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang menguntungkan di sektor swasta.

Berdasarkan dokumen persidangannya, beberapa target yang ditemukan Yeo di LinkedIn diminta menulis laporan untuk perusahaan konsultannya. Perusahaan palsu ini diberi nama sama dengan perusahaan konsultan terkemuka di AS. Setelah mendapat laporan itu, ia mengirimkannya ke agen kontaknya di China.

Mereka yang dihubungi Yeo salah satunya adalah seseorang yang bekerja pada program jet tempur F-35 Angkatan Udara AS yang sedang terlilit masalah keuangan.

Ada pula seorang perwira militer AS yang bertugas di Pentagon. Ia dibayar setidaknya 2.000 dolar AS (sekitar Rp 29 juta) untuk menulis laporan tentang dampak penarikan pasukan AS dari Afghanistan terhadap China.

Dalam menemukan kontak seperti itu, Yeo, yang berbasis di Washington DC pada sebagian 2019, dibantu oleh sekutu tak terlihatnya, yakni algoritma LinkedIn. Setiap kali Yeo melihat profil seseorang yang cocok dengan kebutuhan spionasenya, lalu algoritma akan menyarankan kontak baru dengan jejak pengalaman serupa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: