PT United Tractors Tbk (UNTR) mengantongi laba bersih sebesar Rp4,1 triliun pada semester I 2020, tergerus 28% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp5,7 triliun. Pandemi Covid-19 diklaim menjadi faktor yang turut berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, termasuk juga penurunan harga batu bara.
Corporate Secretary UNTR, Sara Loebis, menjelaskan bahwa penurunan laba tersebut seiring dengan kontraksi pendapatan perusahaan sebesar 23% dari Rp43,3 triliun pada 2019 menjadi Rp33,2 triliun pada 2020. Kontributor terbesar terhadap pendapatan perusahaan adalah segmen usaha kontraktor penambangan sebesar 46%. Berikutnya diikuti oleh segmen mesin konstruksi sebesar 22%, pertambangan batu bara sebesar 18%, pertambangan emas sebesar 12%, dan industri konstruksi sebesar 2%.
"Segmen usaha kontraktor penambangan dioperasikan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Sampai dengan bulan Juni 2020, Kontraktor Penambangan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp15,1 triliun atau turun 22% dari Rp19,3 triliun pada periode yang sama pada tahun 2019. Sementara itu, PAMA mencatat penurunan volume produksi batu bara sebesar 8% dari 60,8 juta ton menjadi 55,9 juta ton dan volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) turun 10% dari 469,2 juta bcm menjadi 420,3 juta bcm," jelasnya, Jakarta, Kamis, 30 Juli 2020.
Baca Juga: Berkat Divestasi Bank Permata, Laba Astra Gak Jadi Amblas
Sementara itu, segmen usaha mesin konstruksi mencatat penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 56% dari 1.917 unit menjadi 853 unit karena menurunnya permintaan alat berat di masa PSBB. Pendapatan UNTR dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga turun sebesar 25% menjadi sebesar Rp3,3 triliun. Berdasarkan riset pasar internal, Komatsu tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 33%.
Penjualan UD Trucks mengalami penurunan dari 302 unit menjadi 94 unit, dan penjualan produk Scania turun dari 291 unit menjadi 100 unit. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha mesin konstruksi turun 40% menjadi sebesar Rp7,3 triliun dibandingkan Rp12,1 triliun pada periode yang sama tahun 2019.
Baca Juga: Cuma Sawit yang Bisa Bikin Cuan Astra Agro Lestari Terbang 796%
"Segmen usaha pertambangan batu bara dijalankan oleh PT Tuah Turangga Agung (TTA). Sampai dengan bulan Juni 2020 total penjualan batu bara mencapai 5,6 juta ton, termasuk di dalamnya 869 ribu ton batu bara kokas, atau meningkat 14% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 sebesar 4,9 juta ton. Namun demikian, pendapatan segmen usaha Pertambangan Batu Bara turun 11% menjadi Rp6,1 triliun dikarenakan penurunan ratarata harga jual batu bara," lanjutnya.
Segmen usaha pertambangan emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR) yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Sampai dengan bulan Juni 2020, total penjualan setara emas dari Martabe adalah sebanyak 185,6 ribu ons dengan pendapatan bersih sebesar Rp4,0 triliun, meningkat 11% dari Rp3,6 triliun pada periode yang sama tahun 2019. Rata-rata harga jual terealisasi untuk emas sebesar USD1.498 per ons, dibandingkan USD1.315 per ons pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Gasak Bournemouth 5-2, Man United Terus Bayangi Chelsea
Segmen usaha industri konstruksi dijalankan oleh PT Acset Indonusa Tbk (ACSET). Sampai dengan bulan Juni2020, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp746 miliar, turun dari sebelumnya sebesar Rp1,5 triliun pada periode yang sama tahun 2019. ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp252 miliar turun dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp404 miliar.
PT Bhumi Jati Power (BJP) yang 25% sahamnya dimiliki oleh anak perusahaan Perseroan saat ini sedangmembangun pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2x1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah. Hingga semesterpertama tahun 2020, progres pembangunan konstruksi proyek ini telah mencapai 94% dan dijadwalkan akan memulai operasi secara komersial pada tahun 2021. BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha perusahaan, Sumitomo Corporation, dan Kansai Electric Power Co Inc.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih