Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BPS: Deflasi Juli karena Harga Makanan Turun

BPS: Deflasi Juli karena Harga Makanan Turun Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi penurunan harga secara umum (deflasi) 0,10% sepanjang Juli 2020. Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan bahwa deflasi disebabkan melorotnya harga beberapa jenis bahan makanan hingga 0,73%.

Bahan makanan yang menyumbang deflasi adalah bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, beras, jeruk, cabai rawit, kelapa, dan gula pasir.

Baca Juga: BPS: Juli Terjadi Deflasi 0,10%

"Banyak sekali komoditas pangan yang mengalami penurunan harga lumayan tajam sehingga kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,19%," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/8/2020).

Sementara itu, komoditas yang memberikan andil terhadap inflasi adalah telur ayam ras sebesar 0,04% dan rokok putih sebesar 0,01%. Berikutnya, kelompok transportasi dengan andil deflasi sebesar 0,02%. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi, yaitu penurunan tarif angkutan udara sebesar 0,05%.

Sementara, komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah tarif angkutan antarkota dan tarif kendaraan roda empat online masing-masing sebesar 0,01%. Dengan perkembangan tersebut, inflasi tahun kalender sebesar 0,98%, sedangkan inflasi tahun ke tahun (Juli 2020-Juli 2019) sebesar 1,54%.

Sementara itu, dari 90 kota IHK, 61 kota mengalami deflasi dan 29 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar -1,09% dan terendah terjadi di Gunungsitoli, Bogor, Bekasi, Luwuk, Bulukumba sebesar masing-masing sebesar -0,01%.

"Sementara, inflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 1,45% dan terendah terjadi di Banyuwangi dan Jember sebesar 0,01%," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: