Dalam sengketa tersebut, Malaysia menghindari memberikan kritik langsung terhadap sikap China dan AS.
"Dihadapkan dengan kekuatan besar, kita harus bersatu sebagai blok untuk secara efektif memaksimalkan kekuatan kita bersama. Jika negara-negara ASEAN terpecah, jangan berharap Malaysia menghadapi China dan Amerika Serikat sendirian," tambahnya.
Ia menambahkan bahwa Malaysia bukan satu-satunya negara ASEAN yang terlibat dalam sengketa.
Pada Rabu (4/8/2020) malam menteri tersebut dilaporkan telah melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi dan Menteri Luar Negeri AS, Michael Pompeo.
"Saya akan mengangkat (sengketa Laut China Selatan) dengan mereka," ujarnya.
Menurut laporan dari seorang juru bicara, panggilan telepon itu membahas mengenai kerja sama bilateral di tengah krisis virus corona dan Malaysia sebagai tuan rumah Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada November 2020 mendatang.
Terkait Laut China Selatan, ia menyatakan bahwa setiap pihak telah bertukar pandangan mendalam.
"Kedua pihak juga memiliki pertukaran pandangan yang mendalam tentang bersama-sama mengatasi situasi internasional yang tidak stabil dan tidak menentu saat ini," ujarnya.
Hishammuddin menegaskan pula bahwa pemerintah Malaysia berkomitmen untuk menyelesaikan perselisihan melalui jalur diplomatik.
Ia mengatakan kode etik yang saat ini sedang dinegosiasikan oleh seluruh blok ASEAN dan China adalah jalan untuk menghindari konflik di perairan Laut China Selatan.
Sebelumnya, Malaysia mendapat kritik dari para kritikus barat karena tidak mengambil sikap tegas terhadap Beijing.
Khususnya saat kapal-kapal Tiongkok merambah perairan Malaysia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: