Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bayang-bayang Resesi Makin Nyata, Pengusaha Bisa Apa?

Bayang-bayang Resesi Makin Nyata, Pengusaha Bisa Apa? Jakarta, Ujan | Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), menggarisbawahi bahwa hal pertama yang dilakukan pemerintah ialah secara serius menangani Covid-19 dengan benar. Di samping, masyarakat diizinkan beraktivitas sesuai protokol kesehatan tentunya.

"Sejujurnya kan penanganannya (Covid) amburadul, enggak karuan. Kalau kita mau kerja serius, kita menangani Covid dengan hati-hati, tapi tetap masyarakat bisa bergerak. Kemungkinan kita tidak masuk resesi, kalau itu kita lakukan," kata dia melalui sambungan telepon.

Baca Juga: Bangkrut! Banyak Hotel di Bali Diobral, Banting Harga Gede-Gedean

Ketum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ini kembali menekankan pentingnya penanganan pagebluk Covid-19. Tracking, tracing, dan treatment harus serius dilakukan. Sosialisasi kesehatan pun perlu digencarkan secara masif sehingga masyarakat bisa merasa aman untuk melakukan aktivitas.

"Bagaimana preventifnya, jangan sampai orang tidak tertangani. Sosialisasi harus kencang. Sepanjang orang yang sakit bisa ditangani dan tidak meninggal. Jangan panik, kegiatan ekonomi tetap jalan, tapi dengan kehati-hatian. Menurut saya, kita selamat," ujarnya.

Selain menjamin keselamatan masyarakat, pemerintah pun harus melakukan intervensi ekonomi masyarakat bawah, juga subsidi perusahaan agar tidak kolaps. "Kalau pemerintah menciptakan demand baru. Maksudnya cash transfer berjalan. Konsumsi akan terjaga. Itu (pertumbuhan) akan positif."

"Saya tetap optimis kita bisa melewati kondisi ini. Memang tidak mudah, dan recovery-nya makan waktu lama. Tapi paling tidak kita bisa menjaga supaya tidak jelek lagi," tukasnya.

Sementara Bhima Yudhistira mendesak pemerintah merombak total seluruh stimulus ekonomi, khususnya stimulus-stimulus di bidang UMKM. Para pelaku usaha kecil perlu diberi modal kerja, subsidi internet gratis, hingga insentif untuk bisa memberlakukan protokol kesehatan lebih baik.

"Harus diubah, tidak bisa menggunakan skema relaksasi lagi karena tidak terlalu efektif. Fokus pemulihan ke UMKM dan mengoreksi stimulus yang tidak efektif," tegas alumnus UGM ini.

Terakhir, yang paling penting, stimulus perpajakan, seperti pengurangan PPh atau keringanan pajak untuk korporasi harus diubah ke dalam bantuan langsung kepada masyarakat yang miskin atau rentan miskin.

Bhima bilang, "korporasi yang mendapatkan stimulus perpajakan belum tentu bisa menyerap tenaga kerja seperti yang diharapkan. Yang justru terjadi stimulus pajak makin besar mencapai 24% dari total stimulus, tetapi faktanya PHK terus jalan."

Resesi Makin Nyata, Pengusaha Bisa Apa?

Jahja B Soenarjo mengatakan bahwa situasi sekarang ini soal penguatan ekosistem perekonomian. Maka penguasa ataupun pengusaha semuanya harus ikut terlibat. Harus sama-sama memahani ini persoalan bersama, yakni bagaimana cara meningkatkan konsumsi di dalam negeri.

"Pengusaha harus siap terhadap tekanan-tekanan (resesi) ini, tidak bisa menunggu apa yang bisa dilakukan pemerintah, bantuan pemerintah. Pengusaha khususnya di industri harus berjuang lebih keras, lakukan efisiensi, betul-betul menata ulang bisnisnya, dan melakukan inovasi," kata Jahja.

Selanjutnya, pengusaha tidak boleh hanya bergantung pada pasar yang sudah ada. Swasta yang masih kuat disarankan untuk mendukung UMKM, misalnya membantu pemasaran dan penyerapan produk-produk hasil UMKM dalam negeri.

"Kita tingkatkan konsumi produk lokal, biasakan juga lebih banyak membeli produk dalam negeri, produk UMKM juga kita konsumsi sehingga ekonomi akan bergerak dengan sendirinya. Ekonomi bertahan, masyarakat punya daya beli. Maka konsumsi dalam negeri akan bisa kembali pelan-pelan bangkit, kembali menguat."

Pria kelahiran Cirebon ini mencontohkan swasta bisa melakukan model kemitraan atau pembinaan dengan UMKM seperti yang dilakukan CBF. 

"Kita membantu pembinaan UMKM, beri pembekalan, latihan manajeman, dan sebagainya. Kita membina UMKM yang siap naik kelas. UMKM tidak cukup dibantu dengan relaksasi dan sebagainya. Yang paling penting, keterampilan atau skill mereka berwirausaha harus diasah," katanya menekankan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: