Dia melanjutkan, preferensi sebagian netizen yang menilai pasangan Prabowo-AHY merupakan pasangan capres ideal adalah bagian dari ekspresi demokrasi. "Tetapi menurut saya, pasangan tersebut sulit terwujud. Pasalnya, dua figur tersebut memiliki latar belakang militer," ungkapnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, walaupun dalam undang-undang pemilu tidak dikenal dikotomi sipil-militer dan di era pemerintahan Orde Baru, jabatan presiden dan wakil presiden pernah dijabat oleh figur yang berasal dari latar belakang militer selama beberapa kali periode. "Tetapi dalam konfigurasi politik Indonesia pascareformasi telah terjadi perubahan paradigma," imbuhnya.
Karyono menuturkan, latar belakang sipil dan militer dalam kompetisi politik elektoral seperti halnya pemilihan presiden maupun pemilihan kepala daerah menjadi salah satu pertimbangan serius untuk menentukan pasangan calon.
"Dalam catatan sejarah pilpres pascareformasi, justru lebih banyak pasangan capres berlatar belakang sipil yang terpilih," ucapnya.
Dirinya menjelaskan, sejak pemilihan presiden pascareformasi hingga Pemilu Presiden 2019 hanya SBY, ayahnya AHY satu-satunya calon presiden berlatar belakang militer yang terpilih. Itu pun berpasangan dengan tokoh sipil.
"Dengan demikian, pasangan Prabowo-AHY untuk periode 2024 nampaknya masih sulit diwujudkan," katanya.
Dia menambahkan, partai politik belum berani spekulasi mengusung pasangan capres-cawapres berlatar belakang militer. "Partai politik masih cenderung mengusung pasangan capres dengan kombinasi latar belakang sipil-militer atau sipil-sipil," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti