Kedua, menunjukkan Ma’ruf benar-benar tidak bisa bekerja secara optimal karena sudah sepuh. Ketiga, menunjukkan kemungkinan ada skenario di lingkaran Istana untuk menggeser posisi Ma’ruf dengan cara apa pun.
Terakhir, Ma’ruf sejak awal didesain untuk tidak sampai 5 tahun masa pemerintahan. Poin terakhir itu dikutip dan disebarkan ke medsos. Jadi judulnya, "Ubedilah Badrun: Mungkin Maruf Amin Memang Didesain Tidak Sampai 5 Tahun. Nah, kutipan ini yang kemudian viral kemarin.
Dikonfirmasi ulang terkait pernyataannya itu, Ubedilah menjelaskan analisisnya itu sebagai tafsir politik. Analisis panasnya itu bermula dari mendadaknya proses pemilihan Ma’ruf sebagai pendamping Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 lalu. Padahal, saat itu ada Mahfud MD yang disebut telah disiapkan sebagai calon wapres.
"Dalam tafsir politik, PDIP sebagai pendukung Jokowi cukup tidak beruntung kalau wapresnya Mahfud MD. Karena 2024 Jokowi tidak bisa mencalonkan lagi. Karena posisi wapres itu menjadi sangat penting untuk periode 2019-2024. Kalau Mahfud MD kan nanti yang diuntungkan PKB atau partai-partai yang lain. PDIP tidak beruntung," tutur Ubedilah, kemarin (12/8/2020).
Menurut Ubedilah, cepatnya proses pemilihan itu memunculkan dugaan bahwa PDIP memilih calon wakil presiden yang lebih menguntungkan dan bisa dihentikan di tengah jalan. Karena itu, dipilihlah Ma’ruf.
"Itu kan tafsir politik. Karena prosesnya tidak normal, waktu pencalonan itu kan sangat mendadak. Makanya, itu memungkinkan tafsir semacam itu," katanya.
Kenapa Prabowo, Ubedilah mengatakan, Ketum Partai Gerindra itu memiliki legitimasi politik yang kuat. "Kenapa muncul Prabowo, karena Prabowo kan rival, kontestan Pemilu 2019 yang posisi suaranya kedua setelah Jokowi menurut hasil dari KPU. Artinya, dia orang kuat yang didukung oleh pemilih yang sangat banyak," ujarnya.
Jadi, lanjut dia, kalau presiden dan wakil presiden adalah dua orang kuat yang secara elektoral memiliki legitimasi politik yang kuat, maka pemerintahannya akan menjadi kuat. Selain itu, Gerindra juga meraup suara terbanyak kedua bersama PDIP dan Golkar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti