Polisi Israel mengatakan mereka mengamankan seorang pria, setelah dia diduga berusaha melakukan serangan penikaman di Kota Tua.
Seorang pria Palestina ditembak mati oleh pasukan Israel di Kota Tua Yerusalem Timur yang diduduki Israel, setelah diduga berusaha melakukan serangan penikaman.
Baca Juga: China Sebut Israel Negara Tak Tahu Terima Kasih, Kenapa?
Dikutip dari Al Jazeera, saksi mata mengatakan kepada kantor berita independen di wilayah Palestina, Maan, bahwa penjaga keamanan Israel menembak pria itu. Dia kemudian dinyatakan tewas di tempat kejadian, di dekat pintu masuk Bab Hutta, tepat di luar kompleks Masjid Al Aqsa.
Tim medis Bulan Sabit Merah Palestina dalam sebuah pernyataan singkatnya mengatakan, mereka dicegah memasuki daerah sekitar Bab Hutta untuk merawat pria tersebut, sebelum dia meninggal karena luka-luka.
Laporan media lokal mengidentifikasi, pria Palestina itu berusia 30 tahun dari kamp pengungsi Shuafat di Yerusalem Timur.
Sedangkan Juru Bicara Polisi Israel, Micky Rosenfeld melalui Twitter-nya menyatakan, laki-laki itu sudah diamankan. “Petugas sudah membawanya ke rumah sakit untuk melakukan hal-hal yang diperlukan,” imbuhnya.
Insiden itu terjadi hanya beberapa jam setelah penjaga keamanan Israel menembak dan melukai seorang warga Palestina yang tuli, sehingga tidak dapat mendengar perintah untuk berhenti di pos pemeriksaan Israel di Tepi Barat.
Sementara akhir Mei lalu, polisi Israel juga menembak mati seorang warga Palestina penderita autisme berusia 32 tahun yang tidak bersenjata. Saat itu, dia dalam perjalanan ke sekolah berkebutuhan khusus di Kota Tua Yerusalem.
Pria itu sempat dikejar oleh pasukan polisi perbatasan Israel hingga ke sudut Kota Tua dan ditembak, saat dia meringkuk di samping tempat sampah, setelah dikira dia berusaha melakukan serangan.
Terkait kondisi ini, warga Palestina dan kelompok hak asasi manusia telah lama menuding, pasukan keamanan Israel menggunakan kekuatan yang berlebihan.
Kota Tua dan bagian lain Yerusalem Timur, yang direncanakan oleh para pemimpin Palestina sebagai wilayah merdeka di masa depan, telah mengalami peningkatan ketegangan sejak Presiden AS Donald Trump mengungkap rencana Timur Tengahnya awal tahun ini.
Kemarahan Palestina juga berkobar dalam beberapa hari terakhir, setelah Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) setuju menormalisasi hubungan. Padahal, langkah itu dinilai oleh banyak warga Palestina sebagai pengkhianatan atas perjuangan mereka.
Seperti diketahui, Kamis (13/8) lalu Israel dan UEA sepakat membangun hubungan diplomatik, diperantarai Amerika Serikat. EUA menyatakan, Israel setuju menghentikan pencaplokan wilayah-wilayah di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Meski kemudian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, dia hanya setuju untuk "menunda" aneksasi. Israel menyatakan "tidak akan pernah menyerahkan hak kami atas tanah kami".
Namun penasihat senior Gedung Putih yang juga menantu Trump, Jared Kushner mengatakan kepada wartawan pada Senin (17/8/2020), bahwa AS tidak akan menyetujui aneksasi Israel di Tepi Barat untuk "beberapa waktu".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: