Pemerintah tentunya sudah tidak main-main untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dan daulat energi. Pengembangan dan peningkatan produksi biodiesel dan green diesel berbasis minyak kelapa sawit menjadi salah satu bukti bahwa tujuan tersebut bukanlah sekadar wacana.
Program pencampuran 20 persen minyak sawit ke dalam 80 persen diesel (B20) yang telah diimplimentasikan pada 2018 dan 2019 lalu terbukti telah meningkat menjadi B30 di tahun ini.
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) menyebutkan, pemerintah dan semua pemangku kepentingan bertekad untuk meneruskan program mandatori B30 meskipun harga minyak bumi terus merosot dan pandemi Covid-19 berpotensi makin mengurangi penggunaan biodiesel di pasar domestik.
Baca Juga: Emisi GRK Industri Sawit? Ini Teknologi Jawabannya
Ketua Harian Aprobi, Paulus Tjakrawan mengatakan, "sampai Juni, konsumsi biodiesel domestik 4,19 juta kl. Secara total memang berkurang, tapi tidak lebih dari 10 persen dari target kami, dan harapan kami sampai akhir tahun kalaupun turun, tidak lebih dari 10 persen. Tapi, kami informasikan meskipun banyak tantangan, program B30 sudah diputuskan jalan terus."
Data Aprobi mencatat, produksi biodiesel nasional pada semester I-2020 mencapai 4.876.404 kiloliter. Sejak harga minyak bumi merosot, ekspor biodiesel Indonesia menjadi sangat minim. Hal ini dikarenakan permintaan dari pasar global merosot serta masih banyaknya hambatan dagang yang dihadapi kelapa sawit dan produk turunannya.
Tidak setop sampai di situ, pemerintah juga menargetkan program B40 dapat diproduksi pada Juni 2021 mendatang. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama beberapa pihak terkait, termasuk Aprobi, tengah melakukan uji coba terhadap program tersebut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti