Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sedih! Aktivis HAM Filipina Tewas Didor 6 Kali

Sedih! Aktivis HAM Filipina Tewas Didor 6 Kali Kredit Foto: Reuters/Eloisa Lopez

Apalagi, ujar Cristina, kondisi pandemi virus corona, banyak kota memberlakukan jam malam dan mendirikan pos pemeriksaan di daerah masing-masing. "Semuanya terkunci, bukan? Jalan-jalan dijaga ketat oleh pihak keamanan dengan banyak pos pemeriksaan. Kenapa si pembunuh berhasil melewati barisan pasukan keamanan ini?" cetusnya.

Namun versi kepolisian menyatakan mencurigai adanya hubungan Alvarez dengan kelompok pemberontak komunis Filipina. Untuk diketahui, upaya negosiasi pemerintah Duterte gagal dengan kelompok komunis pada pertengahan 2017.

Baca Juga: Jumlah Kasus Corona Indonesia Dibalap Filipina

Sejak itu, dia meningkatkan retorikanya terhadap pemberontak dengan menyatakan kelompok komunis tersebut sebagai teroris. Duterte bahkan berjanji menghabisi mereka. Terlebih setelah terjadinya serangkaian penyergapan baru-baru ini terhadap pasukan pemerintah.

Di saat yang sama, Duterte juga mengarahkan kemarahannya terhadap sejumlah aktivis lainnya. Seperti organisasi petani, aktivis hak tanah, serta mereka yang secara terbuka mengkritik perang mematikan versi Duterte terhadap narkoba dan dugaan pelanggaran hak asasi lainnya.

Belakangan, militer dan pejabat pemerintahan Duterte mulai menuduh, beberapa kelompok aktivis bertindak sebagai kelompok pembela pemberontak. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran, mereka dapat dibunuh setelah presiden mencap kelompok komunis ini sebagai teroris.

Alvarez sendiri, selama hidupnya dikenal sebagai tokoh pembela HAM. Dia melakukan advokasi selama bertahun-tahun untuk hak-hak petani di Negros, sebuah pulau yang kaya sumber daya alam. Namun di pulau ini, sejumlah keluarga politisi juga memiliki perkebunan tebu yang luas.

Pada 2019, Alvarez memimpin sekelompok petani mendokumentasikan dan mengecam dugaan pelanggaran hak oleh pasukan pemerintah. Hal ini mereka lakukan, setelah terjadinya kasus pembunuhan buruh tani, yang dituduh sebagai anggota pemberontak komunis. Alvarez sendiri akhirnya dituduh sebagai simpatisan pemberontak, atau anggota pemberontak langsung.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera di program “Al Jazeera's 101 East” pada 2019, Alvarez mengatakan, sehubungan dengan kasus-kasus pembunuhan di Negros, "sangat jelas bahwa polisi yang membunuh para korban itu."

Pihak berwenang membantah keras tuduhan tersebut. Aparat Filipina bahkan berjanji menyelidiki lusinan kasus pembunuhan. Sayangnya, hingga kini belum satu pun ada tersangka yang ditangkap atau diadili.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: