Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Elite PKS: Pak Jokowi, Selamatkan Rakyat Dulu, Baru Ekonomi

Elite PKS: Pak Jokowi, Selamatkan Rakyat Dulu, Baru Ekonomi Presiden Joko Widodo bersiap meninjau penyerahan Bantuan Sosial Tunai (BST) di Kantor Pos Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). Presiden mengecek penyaluran BST kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Kota Bogor dan berharap dengan adanya bantuan sosial ini bisa memperkuat daya beli masyarakat hingga nanti konsumsi domestik Indonesia menjadi normal kembali. | Kredit Foto: Antara/Arif Firmansyah
Warta Ekonomi, Jakarta -

Penyebaran virus Sars Cov-II masih belum bisa dikendalikan. Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 pada 19 Agustus 2020, jumlah orang yang terpapar sebanyak 144.945.

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera mengatakan pemerintah harus sadar bahwa masalah ini bisa menjadi bom waktu jika tidak ditangani dengan sungguh-sungguh. Dalam beberapa kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan hati-hati kemungkinan munculnya gelombang kedua pandemi COVID-19. 

Baca Juga: Orang NasDem: Wajar PKS Teriak-Teriak, Lagi Caper!

Baca Juga: Petani Sawit Punya PKS Sendiri? Kenapa Tidak!

Mardani menilai itu sebuah ironi. Sebab, puncak gelombang pertama belum diketahui. Hal ini merujuk pada kasus positif COVID-19 yang terus meningkat.

“Meski terlambat. Langkah pencegahan penyebaran mesti menjadi fokus. Terapkan 3T; tes, tracing, dan treatment. Kemudian diiringi dengan peraturan yang memaksa protokol kesehatan agar dipatuhi warga,” ujarnya melalui akun twitter @MardaniAliSera, Kamis (20/8/2020).

Lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menyatakan pandemi COVID-19 bukan hanya menyangkut kesehatan individu, tetapi masyarakat dan bangsa. Jika kasus positif terus meningkat tanpa diiringi penambahan fasilitas kesehatan, dikhawatirkan pasien Covid-19 akan membludak dan petugas kesehatan kewalahan.

Dia menegaskan tanpa tindakan preventif yang masif dan terukur, ini jelas seperti pembiaran. Sebagai informasi, jumlah dokter Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara, yakni 0,4 per 1.000 penduduk.

“Secara tidak langsung, kita hanya punya 4 dokter untuk melayani 10.000 penduduk. Jauh lebih rendah dari Singapura yang mempunyai 2 dokter per 1.000 penduduk,” terangnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: