Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

ICW Bongkar Dana BuzzerRp, DS: Mau Gimana Lagi? Berubah atau Mati

ICW Bongkar Dana BuzzerRp, DS: Mau Gimana Lagi? Berubah atau Mati Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan

Memangnya kenapa kalau pemerintahan Jokowi pake influencer utk sosialisasikan program2nya ?

Jelas jauh lebih murah daripada harus bayar iklan di tv 25-50 juta rupiah per 30 detik. Atau puluhan juta kalau pasang di media online. Atau malah miliaran rupiah per titik kalau harus pake bilboard.

Sudah sejak lama sebenarnya ada kecemburuan luar biasa dari media mainstream kepada para influencer. Mereka terus menyerang dengan istilah "buzzeRp". Bahkan Tempo sampai harus menyediakan halamannya hanya khusus membahas tentang itu.

Media2 mainstream dan online, sebenarnya pendapatan mereka dulu banyak dari sosialisasi program pemerintah pusat dan daerah. Tapi karena pemerintah sekarang lagi ketat biaya, mereka alihkan sosialisasinya ke influencer. Lebih murah dan efektif.

Inilah yang membuat media online dan wartawan2 dinosaurus dan sombong itu, ngamuk. Mereka merasa, kasta mereka lebih tinggi dari para influencer/blogger. Mereka bahkan tidak belajar dari jatuhnya Nokia dulu karena sombong dan meremehkan perubahan zaman ketika orang sudah pelan2 pake android.

ICW juga mungkin kayaknya sama, kehilangan pendapatan. Biasanya mereka dapat "amplop" kalo nulis atau kasih berita di media online, sekarang gak lagi. Jadilah cari-cari alasan untuk mengutik kebijakan pemerintah.

Saya dulu pernah nulis bahwa media online atau mainstream itu seperti taksi dan ojek yang berjaya di zamannya. Tapi ketika ojek online datang, mereka ngamuk bahkan sampe menghadang di jalan.

Tapi dunia sudah berubah, suka atau tidak suka. Media online atau mainstream, harus bisa menurunkan harga dirinya untuk bekerjasama dengan influencer supaya ada yang baca beritanya. Mirip dengan Bluebird yang mau beradaptasi dan bekerjasama dgn Gojek kalau gak terlibas zaman.

Saya sendiri dulu, sering diminta untuk menulis atau menshare berita di media online. Disana saya dapat penghasilan. Karena ada juga media online yang sadar, bahwa jendela untuk masuk ke portal beritanya paling efektif lewat media sosial.

Lihat saja, kalau ga waspada, Tempo, Kompas, Detik dan banyak media online lainnya akan hancur kalau tidak mau beradaptasi dan berjalan seiring dgn influencer atau media sosial.

Mau gimana lagi ?

Berubah atau mati, itu saja poinnya..

Tapi ya, kalau masih para dinosaurus yang pimpin perusahaan media, alamat mereka bentar lagi punah. Harus berubah, cari yang muda2 sebagai pimpinan yang bisa adaptasi dgn situasi.

Atau kelak cuman bisa seruput kopi di warkop aja sambil gigit jari. Mana gelasnya bau sabun lagi..

Seruput ah...

Denny Siregar

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: