Startup Kopi Kenangan berdiri pada 2017, berkat rintisan usaha Edward Tirtanata dan James Prananto. Saat itu, Kopi Kenangan memulai bisnis dengan lima karyawan dan modal senilai 16.900 dolar AS (sekitar Rp248,3 juta, US$1=Rp14.689,5).
Kopi Kenangan membuka cabang pertama di gedung perkantoran Jakarta; menjual 700 cangkir kopi di hari pertama, menurut data yang KrAsia laporkan, dilansir Kamis (27/8/2020).
Dalam beberapa bulan, bisnis kopi itu telah melahirkan keuntungan. Pada akhirnya, keberhasilan itu menarik minat investasi dari Alpha JWC, "yang memberi 8 juta dolar AS sebagai modal awal pada 2018."
Baca Juga: Kanada Diam-Diam Blokir Huawei, Takut Rusak Hubungan dengan ....
Baca Juga: Facebook Mau Ambil Tindakan Hukum ke Pemerintah Thailand, Kenapa?
Asal tahu saja, strategi Kopi Kenangan punya banyak kesamaan dengan Luckin Coffee--startup kopi yang menuai banyak skandal di China. Kedua startup itu sama-sama menawarkan kopi yang lebih murah dari Starbucks, mengandalkan bantuan teknologi untuk menangani pesanan, tokonya lebih kecil, dan telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Karena mengandalkan pesanan lewat aplikasi seperti Gofood, Grabfood, dan aplikasi Kopi Kenangan, tiap tokonya hanya butuh jumlah staf yang lebih sedikit. Dengan ukuran toko yang kecil dan staf yang lebih sedikit dari Starbucks, biaya operasionalnya pun lebih rendah.
Karena itulah, berbeda dengan Luckin, Kopi Kenangan sudah mencatatkan profit. Luckin membakar uang demi memberi diskon besar kepada pelanggan, tapi Kopi Kenangan tak melakukannya. Mereka justru fokus pada pengembangan dan inovasi produk; plus, strategi pemasaran dari mulut ke mulut lewat media sosial.
Bahkan, di tengah pandemi saat ini, Kopi Kenangan bisa menyabet investasi Seri B senilai 109 juta dolar AS (1,6 triliun), dengan Sequoia Capital India sebagai pemimpin putaran.
Untuk saat ini, Kopi Kenangan mempunyai valuasi sekitar 500 juta dolar AS (sekitar Rp7,34 triliun) menurut data VentureCap. Per bulannya, Kopi Kenangan bisa menjual lebih dari 3 juta minuman dan punya lebih dari satu juta pelanggan di aplikasi.
Kopi Kenangan berniat membuka toko sampai berjumlah 500 per akhir 2020. Di sisi lain, Starbucks Indonesia yang saat ini punya 440 toko, berencana menambah 60 toko untuk menyamai Kopi Kenangan.
Tak cuma itu, dengan pendanaan terbaru, Kopi Kenangan berniat memperluas jangkauan bisnis ke pasar Malaysia, Filipina, dan Thailand; setelah pandemi berakhir. Perusahaan itu juga berniat membuka cloud kitchen, toko tanpa staf, dan kios penjual otomatis.
Dengan rencana itu, apakah Kopi Kenangan bisa menjadi startup kopi terbesar di Asia Tenggara?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna
Tag Terkait: