Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menko Airlangga Tegaskan Resesi Bukan Kiamat

Menko Airlangga Tegaskan Resesi Bukan Kiamat Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi -

Sejengkal lagi ekonomi Indonesia diprediksi masuk jurang resesi. Jika di kuartal III-2020 nanti ekonomi minus lagi maka Indonesia resmi resesi. Namun, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto berusaha menenangkan. Katanya, resesi bukan kiamat selama Indonesia masih bisa bangkit.

Berbagai ekonom memprediksi Indonesia akan segera menyusul banyak negara di dunia yang mengalami resesi mengingat pada kuartal II tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia -5,32 persen.

Baca Juga: Cara Mengelola Uang di tengah Ancaman Resesi

Menurut Airlangga, pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki ekonomi agar tidak tergelincir ke jurang resesi. Sebelum berbicara lebih jauh, Airlangga menjelaskan dulu soal resesi. Kata dia, kalau ekonomi terus memburuk itu disebut resesi. Namun, jika dari kuartal per kuartal ada perbaikan maka tidak bisa dikatakan resesi.

Menurut dia, suatu negara dapat dikatakan resesi jika pertumbuhan ekonominya terus anjlok. Misalnya, dalam satu kuartal pertumbuhannya minus 5 persen. Kemudian, di kuartal selanjutnya pertumbuhan kian mengkhawatirkan ke level minus 13 persen.

"Minus 5, ada perbaikan menjadi lebih baik yang kurvanya seperti V curve, itu perbaikan," papar Airlangga di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Ketimbang menghabiskan energi debat soal resesi, Airlangga menilai hal yang paling penting saat ini adalah menjalankan roda perekonomian. Sejumlah cara pun dilakukan. Belakangan ini, pemerintah tengah fokus ke program bantuan sosial produktif maupun hibah untuk pelaku UMKM. Ketua Umum Partai Golkar ini yakin kedua instrumen tersebut bisa memperbaiki ekonomi.

"Yang paling penting adalah perekonomian bisa berjalan dan masyarakat bisa mempunyai penghidupan," cetusnya.

Eks Menteri Perindustrian ini optimis ekonomi Tanah Air di kuartal III tahun ini akan membaik. Artinya, tidak akan lebih parah dari kuartal II yang terperosok hingga minus 5,32 persen.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan pemerintah tak akan mengibarkan bendera putih. Meskipun diakuinya, resesi ekonomi sudah di depan mata. Setidaknya sebelum kuartal III-2020 ini berakhir.

"Jangan menyerah dulu, kan masih ada satu setengah bulan, jadi kita upayakan," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (26/8/2020).

Baca Juga: Jokowi Puji Sri Mulyani & Gubernur DIY, Ahli Politik: Ada Maunya?

Menurut Sri Mulyani, konsumsi masyarakat yang menjadi motor roda ekonomi masih bisa diharapkan. Apalagi masyarakat sudah mulai beraktivitas di era new normal.

"Kalau konsumsi bisa meningkat dengan orang mulai kegiatannya. Tadi kalau dilihat dari mobility index-nya sudah meningkat, tapi bagaimana mobility index-nya bisa diterjemahkan menjadi kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi, itu menjadi tantangan kita semua," tuturnya.

Meski begitu, Sri Mulyani menilai catatan ekonomi RI yang -5,32 persen masih jauh lebih baik dari negara lain yang ekonominya terkontraksi minus hingga double digit. Dengan catatan itu maka ekonomi RI masih lebih mudah untuk kembali ke tren pertumbuhan positif.

"Namun tetap kita waspadanya itu faktor yang mendukung pemulihan itu. Melalui budget pemerintah, masyarakat, investasi, jadi kita tetap akan berkomunikasi mengenai hal itu," tutupnya.

Bagaimana kata ekonom? Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah sependapat dengan Airlangga. Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan lebih baik dari kuartal II.

"Tetapi tetap akan negatif. Mungkin di kisaran, minus 3 persen," ulasnya.

Piter menilai pandemi Covid-19 sebagai biang keroknya. Selama pandemi ini terus berlangsung, menurutnya, resesi suatu kenormalan baru. Sebab, hampir mustahil menghindari resesi selama kasus penularan Covid-19 terus meningkat.

Baca Juga: Erick Ingin Indonesia Tak Resesi: Mentok, Minus 2% Aja Deh!

Catatan Piter, negara yang pertumbuhan ekonominya sudah positif merupakan negara yang berhasil menaklukan pandemi.

"Lebih baik sekarang pemerintah fokus pada penanggulangan wabah, menyelamatkan masyarakat, dan dunia usaha dari kebangkrutan. Perekonomian akan pulih dengan sendirinya jika wabah sudah berlalu," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: