4. BRI (3,13%)
NPL PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tercatat naik dari 2,52% pada Juni 2019 menjadi 3,13% pada Juni 2020. Manajemen BRI mengusahakan bahwa NPL akan terjaga di kisaran level 3% sampai dengan akhir tahun 2020.
Membengkaknya NPL dibarengi dengan pertumbuhan penyaluran kredit BRI sepanjang semester I 2020 sebesar 5,23%, jauh lebih tinggi dari angka pertumbuhan kredit industri perbankan yang hanya 1,49%. Per Juni 2020, BRI menyalurkan kredit konsolidasi sebesar Rp922,97 triliun, sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp877,07 triliun.
Segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi yang paling mendominasi terhadap penyaluran kredit BRI, yakni mencapai 78,58% atau sebesar Rp725,27 triliun.
Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkapkan dengan dominasi penyaluran kredit ke segmen UMKM itu menggambarkan semangat BRI dalam membantu nasabah, khususnya para pelaku UMKM yang membutuhkan modal kerja.
"Sejak awal pandemi terjadi, kami fokus melakukan upaya penyelamatan dan membantu kebangkitan UMKM," tegas Sunarso secara virtual pada 19 Agustus 2020 lalu.
Kendati begitu, Sunarso menyebut bahwa BRI menjadi lebih selektif dalam hal penyaluran kredit. Pada paruh pertama 2020 ini, restrukturasi kredit BRI mencapai Rp183,7 triliun dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 13,5% dari Rp945,05 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp1.072,5 triliun pada Juni 2020.
5. BNI (3%)
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan kenaikan NPL dari 1,8% pada semester I 2019 menjadi 3% pada semester I 2020. Peningkatan tersebut disumbang oleh NPL segmen usaha menengah yang menjadi sebesar 6,7%, kemudian diikuti segmen usaha kecil sebesar 3,3%, dan korporasi sebesar 2,22%.
Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit BNI juga melonjak sebesar 5% dari Rp549,23 triliun pada Juni 2019 menjadi Rp576,77 triliun pada Juni 2020. Mayoritas kredit disalurkan kepada korporasi swasta, yakni sebesar Rp196,32 triliun. Penyaluran kredit berikutnya, yakni kepada BUMN sebesar Rp117,79 triliun dan konsumer sebesar Rp44,76 triliun.
Direktur BNI, Adi Sulistyowati, mengungkapkan bahwa untuk mengantisipasi risiko peningkatan kredit bermasalah, BNI memilih untuk memperbesar cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dengan nilai provisi sebesar Rp7,46 triliun.
"Meningkatnya pencadangan kerugian ini merupakan bentuk antisipasi risiko penurunan kualitas aset di masa depan," imbuhnya.
Sementara itu, sepanjang semester I tahun ini, BNI telah menghimpun DPK senilai Rp662,38 triliun. Angka tersebut melonjak 11,3% dari semester I 2019 yang sebesar Rp595,07 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait:
- Bank BUKU IV
- PT Bank Danamon Indonesia Tbk
- PT Bank Central Asia Tbk (BCA)
- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)
- PT Bank Pan Indonesia Tbk (Panin Bank)
- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)
- PT Bank CIMB Niaga Tbk
- Perbankan
- kredit perbankan
- (non performing loan/NPL)