Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kredit Macet Bank BUKU IV Bengkak, Siapa yang Paling Parah?

Kredit Macet Bank BUKU IV Bengkak, Siapa yang Paling Parah? Kredit Foto: Bank Danamon

6. BCA (2,1%)

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga mencatatkan peningkatan rasio NPL dari 1,4% pada semester I 2019 menjadi 2,1% pada semester I 2020. Di sisi lain, penyaluran kredit BCA sepanjang enam bulan pertama tahun 2020 hanya bertumbuh sebesar 5,3%. Pada Juni 2019, penyaluran kredit BCA mencapai Rp562,2 triliun, sedangkan pada Juni 2020 tercatat sebesar Rp595,1 triliun.  

Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kredit korporasi yang juga tercatat tumbuh 17,7% yoy menjadi Rp257,9 triliun. Kontributor pertumbuhan kredit lainnya adalah kredit komersial dan UKM yang turun 0,9% yoy menjadi Rp184,6 triliun pada paruh pertama tahun ini.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menjelaskan bahwa di tengah kondisi perlambatan bisnis akibat pandemi Covid-19, BCA senantiasa fokus dalam mendukung nasabah, khususnya melalui restrukturasi kredit yang selektif di berbagai segmen. Sampai dengan 30 Juni 2020, BCA telah memproses pengajuan restrukturasi kredit sebesar Rp115 triliun atau setara dengan 20% dari total portofolio kredit dari 118.000 nasabah. 

Lebih lanjut, Jahja menjelaskan bahwa total kredit yang telah direstrukturasi pada periode tersebut mencapai 12% dari total portofolio kredit, yakni sebesar Rp69,3 triliun.

"Kami melihat adanya kemungkinan peningkatan kredit yang direstrukturasi hingga 20% hingga 30% dari total portofolio kredit yang berasal dari 200.000 hingga 250.000 nasabah," ungkap Jahja secara tertulis. 

Guna mengantisipasi potensi penurunan kualitas kredit, BCA mengalokasikan biaya pencadangan penurunan nilai aset sebesar Rp6,5 triliun pada semester pertama tahun 2020 ini.

7. Bank Panin (0,79%)

Bank Panin tercatat memiliki NPL bersih sampai dengan Juni 2020 sebesar 0,79%. Rasio tersebut menurun dari periode Juni 2019 yang tercatat sebesar 0,96%. Kompak dengan NPL, penyaluran kredit Bank Panin sepanjang semester I 2020 juga menurun sedalam 9,04% menjadi Rp139,62 triliun. 

Adapun pada semester I 2019, Bank Panin tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp 153,50 triliun. Melalui keterangan resminya, manajemen Bank Panin menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi yang melambat pada masa pandemi menjadi faktor yang membuat kredit Bank Panin merosot. 

"Penurunan kredit tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya risiko kredit akibat pandemi," tegas Bank Panin secara tertulis. 

Menyiasati hal tersebut, Bank Panin mengatakan akan secara proaktif meningkatkan pengelolaan kredit melalui restrukturasi kredit mengingat dampak pandemi Covid-19 masih mungkin akan berlangsung dalam jangka panjang. Dilansir dari laporan keuangan perusahaan, per 30 Juni 2020 Bank Panin telah melakukan penyelamatan kembali atas kredit untuk beberapa debitur sebesar Rp21,34 triliun. 

Sementara itu, sejak awal tahun hingga Juni 2020, Bank Panin menghimpun DPK sebesar Rp141,32 triliun. DPK tersebut meliputi 36,29% atau Rp51,29 triliun dalam bentuk giro dan tabungan, sedangkan sisanya dalam bentuk deposito.

Perlu diketahui bahwa sebuah bank dikatakan sehat apabila mempunyai NPL kurang dari 5%. Dengan kata lain, jika NPL suatu bank melebihi 5%, lembaga tersebut masuk kategori berpotensi mengalami kesulitan dalam usahanya.

Hal tersebut termaktub dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank Umum Konvensional.

Dalam peraturan tersebut, khususnya Bab II Pasal 4 Ayat (2) disebutkan bahwa bank dinilai memiliki potensi kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya jika memenuhi satu atau lebih kriteria sebagai berikut, salah satunya adalah rasio kredit bermasalah (non performing loan) secara neto lebih dari 5% (lima persen) dari total kredit.

Dengan memperhatikan ketentuan tersebut, ketujuh bank BUKU IV di atas masih dikatakan sehat berdasarkan rasio NPL per semester I 2020.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: