Kerugian Pertamina yang mencapai Rp11 triliun `mendapat sorotan di tengah harga minyak dunia yang relatif turun dan masuknya Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama (Komut) yang digadang-gadang dapat memperbaiki perusahaan.
Komis VII DPR RI pun melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati untuk membahas mengenai kerugian besar yang dialami Pertamina.
Direktur Keuangan PT Pertamina, Emma Sri Martini menyebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan kerugian ini, salah satunya adalah karena turunnya jumlah penjualan BBM.
Baca Juga: Hingga Juli, Produksi Migas Pertamina Capai 98%
Baca Juga: Digitalisasi SPBU, Pertamina Resmikan SPBU dengan ATG Custody
"Pandemi Covid-19 sangat signifikan sekali terhadap penurunan permintaan ini, menyebabkan pendapatan kita sangat terdampak. Kita lihat di kuartal II April ini adalah posisi terdalam," ucap Emma sebagaimana dikutip dari Antara.
Turunnya permintaan BBM memberikan dampak pada inventarisasi atau bahan bakar yang tersimpan di kilang.
"Avtur kita stoknya bisa sampai 400 hari, solar juga, semua terdampak dan itu memakan menjadi inventory cost, sementara revenue tidak ada," ucap Emma.
Faktor lainnya adalah dampak dari selisih kurs dolar dan rupiah. Selisih dolar menjadi tekanan finansial karena sebagian besar pendapatan Pertamina adalah dalam rupiah (IDR), namun pembelian minyak mentah dalam dolar (USD).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: