Penasihat Ares SSG yang berbasis di Indonesia, Jason Tabalujan mengumumkan kemitraan dengan PT. Nestle Indonesia untuk mendonasikan lebih dari 11,000 kilogram produk pangan pada pemulung di Tangerang Selatan dan Bantar Gebang, Bekasi, melalui program Nestlé Cares.
Baca Juga: Jomplang! Saat Rupiah Hari Ini Juara Dunia, IHSG Malah Nestapa!
Baca Juga: Rahmad Pribadi Raih Top Leader on CSR Commitment 2020
Dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/9/20220), penerima donasi tersebut termasuk di antaranya adalah pemulung di Tangerang Selatan dan lebih dari 9.000 pemulung yang bekerja dan bertempat tinggal di Bantar Gebang, Bekasi - lokasi yang dikenal sebagai tempat pembuangan sampah terbesar di dunia.
"Bantuan makanan yang diberikan kepada pemulung di Tangerang Selatan berupa 28.725 produk pangan, antara lain produk Dancow, Bear Brand, Milo, Koko Krunch dan Nescafe." Ujar keterangan tersebut.
Bantuan diterima langsung oleh Ibu Airin Rachmi Diany, Walikota Tangerang Selatan pada 1 September 2020 di Kantor Walikota Tangerang Selatan.
Sementara itu, perwakilan dari pihak-pihak terkait turut hadir, antara lain Ganesan Ampalavanar, Presiden Direktur Nestlé Indonesia, Debora Tjandrakusuma, Direktur Corporate Affairs Nestlé Indonesia, dan Jason Tabalujan, penasihat Ares SSG.
Sementara itu, bantuan makanan kepada lebih dari 9.000 pemulung di Bantar Gebang, Bekasi, diterima langsung oleh Pris Polly Lengkong, Ketua Ikatan Pemulung Indonesia, pada 27 Agustus 2020..
Diketahui, Bantar Gebang, Bekasi, dikenal sebagai salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di dunia, dengan luas TPA yang melebihi 200 lapangan sepak bola. Setiap harinya, TPA Bantar Gebang menerima sebanyak 7.000 ton sampah dari Jakarta. Para pemulung di Bantar Gebang hidup jauh di bawah garis kemiskinan, bahkan ketika perekonomian global masih belum dilanda krisis akibat pandemi.
"Sehari-harinya, mereka bekerja mengumpulkan sampah kayu, karton, plastik, logam, dan bahkan tulang yang dibuang di tumpukan sampah." Tulis keterangan tersebut.
Karena pandemi Covid-19 telah menyebabkan turunnya konsumsi secara keseluruhan di Indonesia, limbah yang dihasilkan oleh masyarakat pun menjadi lebih sedikit. Namun di sisi lain, penurunan ini juga menyebabkan lebih banyak orang yang kini beralih profesi menjadi pemulung untuk bertahan hidup. Ini menyebabkan timbulnya persaingan dalam mengumpulkan sampah, serta semakin sedikitnya pekerjaan yang bisa didapat oleh komunitas pemulung yang selama ini sudah berjuang melawan kemiskinan akut.
"Rata-rata pemulung di Indonesia menghasilkan kurang dari 2 dolar per hari, tergantung dari barang-barang yang dapat mereka kumpulkan pada hari itu." Tulisnya lagi.
Sambungnya, "Banyak di antara mereka yang harus menghidupi keluarga, bahkan banyak juga anak-anak mulai dari usia lima tahun yang turut memilah sampah bersama orang tua mereka. Yang lebih memperburuk keadaan, saat ini, sebagian besar perusahaan daur ulang yang biasa membeli sampah dari para pemulung di Indonesia terpaksa menghentikan operasi mereka selama pandemi."
Karena dampak ekonomi dari Covid-19 terus mendera komunitas yang paling rentan di Indonesia ini, Tabalujan menyerukan kepada masyarakat lokal maupun internasional, LSM, dan program-program CSR perusahaan untuk bergabung dengan Ares SSG dan Nestlé Cares dalam upaya membantu mereka yang berada di dasar piramida ekonomi Indonesia, untuk bisa melewati masa sulit ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: