Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kisah Perusahaan Raksasa: Total, Konglomerat Migas Prancis

Kisah Perusahaan Raksasa: Total, Konglomerat Migas Prancis Kredit Foto: Reuters/Charles Platiau

Nasib buruk menimpa Meny pada 1943. Tentara Nazi menculik Meny dan mengasingkannya ke Dachau. Suksesor kuat Meny, Marcel Champin, wafat pada 1945, tiga tahun setelah pendahulunya diculik. Lantas deputi perusahaan, Victor de Metz harus duduk di pucuk pimpinan perusahaan --diketahui berlangsung selama 25 tahun.

Pada akhir 1940-an dan awal 1950-an CFP berkembang pesat baik di dalam maupun luar negeri. Pasokan minyak tahunan perusahaan dari Timur Tengah meningkat dari 806.000 ton pada 1945 menjadi 1,61 juta ton pada 1950. Lalu pasokan minyak meningkat lagi menjadi 8,82 juta ton tiga tahun kemudian. Hal ini terjadi akibat runtuhnya perjanjian Red Line di bawah tekanan AS. Di tahun yang sama pula, produksi tahunan perusahaan mencapai 3,5 juta ton per tahun. 

hassi_messaoud_travail_hd.jpg?itok=o0p1fFs9

Beda cerita dengan pasokan minyak dari Venezuela. Total menandatangani kontrak dengan perusahaan minyak asal negara Amerika Latin itu, Pantepec, pada 1947 yang nyatanya tidak berhasil. Dari sana, Total hanya menerima pengiriman minyak mentah sebanyak 600.000 ton per tahun. Hal terburuk, perjanjian dengan Pantepec tentang pengembangan ladang baru pun gagal karena pertikaian sengit pada 1950. 

Usaha nyata Prancis mengembangkan kekayaan minyak di Aljazair bernasib lebih baik. Pada 1946, Bureau de Recherches des Petroles bersama pemerintah kolonial Prancis di Aljazair mendirikan perusahaan eksplorasi minyak, Societe Nationale de Recherche de Petrole en Algerie. Sebuah ladang minyak besar sukses ditemukan di Hassi-Messaiud pada 1956.

CFR memperkenalkan nama merek barunya, Total pada 1954. Distributor minyak itu sejak saat itu berhak menghiasi perusahaannya dengan logo Total. Itu dimaksudkan memberi mereka identitas pasar yang lebih kuat. 

Pengiriman minyak pertama dengan nama Total sukses dilakukan di Afrika pada 1957. Lalu pada 1961, kilang minyak perusahaan itu sukses mengolah 12 juta ton minyak. Tujuh juta ton produksinya kemudian didistribusikan dengan merek Total. 

Takut kehilangan pengaruhnya, CFP kemudian mengambil alih Omnium Francaise de Petroles, sebuah distributor minyak di Afrika Utara, pada 1960. Enam tahun kemudian, CFP mengakuisisi 10 persen saham Desmarais Freres, distributor independen terbesar di Prancis. 

Setelah de Metz pensiun pada 1971, CFP sukses menjadi salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia. Itu ditandai dengan meningkatnya produksi minyak perusahaan sebesar 30 persen selama dekade 1960-an. 

Dasawarsa 1970-an terbukti lebih sulit. Pimpinan baru perusahaan, Granier de Liliac, rupanya sudah memimpin grup selama lima tahun. Di dekade ini, aktivitas pemurnian CFP semakin sulit. Aktivitas penyulingan masih terkonsentrasi di Prancis, meski pada 1975, penjualan luar negeri melampaui penjualan di Prancis sendiri. Kenaikan harga minyak pada 1971 oleh OPEC juga menyebabkan penurunan tajam permintaan minyak dunia. 

remontee-cp-film-groupe.png

Pada 1975, kilang minyak CFR hanya bekerja 67 persen. Pada saat yang sama, biaya eksplorasi, khususnya di Laut Utara meningkat tajam. 

CFP mulai mengembangkan sumber energi lainnya, yaitu pengembangan uranium. Ini adalah usaha inti lain milik Total yang menambang uranium di Prancis dan AS. Pada 1989, perusahaan mampu menambang 711 ton uranium, dan berhasil menjual 5,2 batu bara pada tahun yang sama. 

Pada 1985, CFP memiliki nama lengkap baru, yakni Total CFP. Pada saat yang sama, CFR anak perusahaan distribusinya, bergabung menjadi CRD Total. 

Rene Granier de Liliac mundur dari pucuk pimpinan pada awal 1990. Lalu ia digantikan oleh Serge Tchuruk, seorang insinyur yang pernah menjabat sebagai manajer perencanaan Mobil Oil pada 1970-an. Salah satu tugas pertama Tchuruk adalah mengakuisisi bisnis kimia Prancis, Orkem. Perusahaan itu memproduksi tinta, lem perekat, cat, dan resin. 

Di bawah komando Tchuruk, Total bergerak cepat pada 1990-an. Ia mengubah perusahaan menjadi grup yang lebih ramping, modern, dan agresif. Dua ratus anak perusahaan dihapuskan sehingga ia menghemat biaya ratusan juta franc. Ia menggantinya dengan enam pusat waralaba. Tapi sepertujuh dari layanan milik Total ditutup dan sekitar 6.500 pekerjaan hilang pada 1991. Pada saat yang sama, Tchuruk secara agresif memperluas operasi pemasaran perusahaan ke pasar baru yang lebih menguntungkan, yakni di Spanyol, Portugal, Cekoslowakia, Hungaria, dan Turki. 

Dari sisi produksi, Tchuruk berusaha mengurangi ketergantungan Total pada Timur Tengah yang tak stabil. Sebagai gantinya, ia menargetkan 50 persen produksi minyak di luar Timur Tengah pada 1995. Lalu sejak 1991, British Petroleum and Triton Energy dan Total --sebuah usaha patungan-- menemukan ladang minyak baru di Cuisiana Colombia. Sedangkan Total menemukan ladang gas di Peciko Indonesia. Pada 1995 secara signifikan, Total mengalami peningkatan bisnis gas. Dengan demikian Total menjadi produsen gas terbesar ketiga di dunia, di belakang Royal Ducth Shell dan Mobil.

Perusahaan kembali mengganti namanya menjadi Total SA pada Juni 1991. Tak lama setelah itu, saham Total mulai diperdagangkan di Bursa Efek New York untuk pertama kalinya. Setahun kemudian, Tchuruk sukses meyakinkan pemerintah Prancis mengurangi saham di perusahaan itu menjadi 5,4 persen saja. Perkembangan ini meningkatkan kemandirian Total sehingga bisa bertindak menjadi lebih cepat dan agresif. 

800px-Big_Oil.svg.png

Pada 1993, Total mengoperasikan 2.600 ritel di bawah merek Vickers, Apco, Road Runner dan Total itu sendiri. Tahun itu pula, perusahaan mulai merombak dan mengubah merek semua bahan minyaknya dengan menggunakan nama Total. 

Sayang, pada 1995, Tchuruk meninggalkan Total dan merapat ke Alcatel Alsthom. Tchuruk digantikan Thierry Desmarest dengan kesepakatan kontrak 610 juta dolar AS. Uang itu kemudian dipakai untuk mengembangkan dua ladang minyak di lepas pantai Iran. 

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: