Warning! Ketika Dunia Berlomba-Lomba Temukan Vaksin, WHO Tegas: Jangan Harap Bisa...
Seluruh dunia saling berlomba untuk bisa menemukan vaksin dan bebas dari krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19. Saling klaim vaksin pun mulai bermunculan. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa vaksin bukan segalanya.
Kepala ilmuan WHO, Swaminathan, menegaskan bahwa jangan harap dapat hidup normal walau vaksin Covid-19 sudah ditemukan. Paling tidak sampai dengan tahun 2022 mendatang. Dalam perhitungannya, penyediaan akses vaksin yang merata ke negara-negara di dunia hanya akan mampu mencapai ratusan juta dosis, jumlah yang terlalu kecil menurut pandangannya.
Baca Juga: Tahan Banting Lawan Covid-19, Siapa Jawara Farmasi di Indonesia? Bukan Kimia Farma!
Dengan dosis yang terbatas, ia mengingatkan bahwa dunia masih membutuhkan kebiasaan jaga jarak dan pemakaian masker hingga produksi vaksin dapat ditingkatkan mencapai 2 miliar dosis pada akhir tahun 2021 mendatang.
"Cara orang membayangkannya adalah bahwa di bulan Januari Anda memiliki vaksin untuk seluruh dunia dan semuanya akan mulai kembali normal, ini bukan cara kerjanya. Penilaian terbaik kami (untuk peluncuran vaksin) adalah pertengahan 2021 karena di awal 2021 adalah saat Anda akan mulai melihat dari beberapa uji coba ini," pungkasnya seperti dilansir dari South China Morning Post, Rabu, 16 September 2020.
Baca Juga: Bukan Ciptaan Barat, Ternyata Ini Vaksin Prioritas Filipina
China, bagaimanapun, menampilkan garis waktu yang lebih agresif. Pada hari Selasa, Wu Guizhen dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China mengatakan orang-orang di China akan memiliki akses ke vaksin yang dikembangkan secara lokal pada awal November atau Desember.
Presiden AS, Donald Trump, juga telah berjanji akan ada vaksin segera kekhawatiran bahwa regulator AS mungkin tunduk pada tekanan politik dan menerbitkan lisensi penggunaan darurat sebelum waktunya. Sementara itu, Swaminathan mengatakan bahwa WHO berencana mengeluarkan pedoman tentang penggunaan darurat vaksin minggu depan.
"Semua uji coba yang sedang berlangsung memiliki tindak lanjut selama setidaknya 12 bulan jika tidak lebih lama. Itu adalah waktu yang biasa Anda lihat untuk memastikan Anda tidak mengalami efek buruk jangka panjang setelah beberapa minggu pertama. Karena ini pandemi, ada kemungkinan banyak regulator yang ingin melakukan listing darurat, yang bisa dimaklumi, tapi perlu ada beberapa kriteria di sekitarnya," tegasnya lagi.
Sebagai informasi, China telah menggunakan tiga vaksin pada warga sipil di bawahnya otorisasi penggunaan darurat sejak Juli, dan a vaksin untuk militersejak Juni. Seorang pejabat senior dari raksasa farmasi milik negara mengatakan dalam sebuah wawancara bulan ini bahwa ratusan ribu orang China telah divaksinasi.
Ketika ditanya tentang situasi China dan AS, Swaminathan berkata bahwa regulator nasional memiliki kewenangan untuk melakukannya di wilayah mereka sendiri. Namun, dia menambahkan bahwa mereka harus memberlakukan tenggat waktu bagi perusahaan untuk memberikan data, dan izin penggunaan darurat dapat dicabut jika uji coba tahap terakhir tidak memenuhi persyaratan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih