Sekelompok ilmuwan menyebut kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di berbagai negara pada 2020 akan menjadi yang paling parah sepanjang dua dekade terakhir.
Karhutla di negara bagian New South Wales, Australia; kawasan Arktik Siberia; wilayah Pantai Barat Amerika Serikat, dan lahan basah Pantanal di Brasil merupakan yang terburuk dalam 18 tahun terakhir.
Baca Juga: Oh Ternyata Gender Reveal Party yang Picu Kebakaran Dahsyat AS
Catatan itu merujuk data Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan lembaga penyedia data atmosfer, Copernicus Atmosphere Monitoring Service.
Namun akan seberapa serius dampak karhutla ini terhadap lingkungan?
Hutan hujan tropis Indonesia
Periode karhutla di Indonesia sebenarnya sudah dimulai beberapa bulan lalu. Namun karhutla sekarang masih tetap terjadi di beberapa wilayah, antara lain Kalimantan Tengah dan Jambi.
Lembaga pemantau lingkungan, Greenpeace, menyebut setidaknya 64.000 hektare hutan telah terbakar sampai Juli lalu. Meski begitu, angka itu lebih kecil daripada luas area terdampak tahun 2019.
Kalimantan Tengah menetapkan status siaga darurat karhutla Juli lalu, tak lama setelah 700 titik api terdeteksi di provinsi itu.
Setidaknya lima pemerintah provinsi lain, yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kambi, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan, juga menetapkan status siaga serupa.
Sementara itu, pemerintah pusat memotong anggaran penanganan karhutla. Alokasi anggaran dari sektor ini diklaim akan dialihkan untuk mengatasi pandemi Covid-19.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: