Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lewat Ka Kebon, Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor Pertanian

Lewat Ka Kebon, Petani Milenial Ini Ajak Generasi Muda Geluti Sektor Pertanian Kredit Foto: BPPSDMP
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pamor jamur sebagai bahan pangan eksotis menjadi peluang tersendiri bagi petani. Kini banyak restoran, kafe, hotel yang menghidangkan menu jamur yang kaya akan kandungan serat, betaglucan, vitamin B, mineral, kalium, dan beberapa jenis karbohidrat. 

Peluang ini tak disia-siakan oleh Muhammad Naufal Fadlurahman, Dianisa Aska Nadhira, dan Alfa Okke Triantama Putra. Tiga generasi milenial yang merupakan alumnus Jurusan Agribisnis angkatan 2015 Fakultas Universitas Padjajaran ini mantap untuk memilih budi daya jamur tiram dengan alasan harga jual jamur cenderung stabil, modal yang tidak terlalu besar, serta perawatan yang mudah.

Baca Juga: Pandemi, BPPSDMP Tetap Optimalkan Kualitas Pendidikan Vokasi

Memutuskan untuk menjadi wirausaha di bidang pertanian, ketiga generasi milenial ini ingin menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah mereka dapatkan selama 4 tahun. Mereka pun memiliki idealisme ingin membantu orang lain melalui sektor pertanian.

Bermodal awal bantuan dana dari Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) sejumlah Rp35 juta, mereka mencoba untuk menyewa 2 kumbung di Kecamatan Cisarua, Bandung, Jawa Barat.

Muhammad Naufal Fadlurahman yang akrab disapa Naufal menceritakan awal mula mereka membuka budi daya jamur tiram dengan nama Ka Kebon. Menurutnya, usaha mereka bermodalkan dana PWMP diterima di akhir tahun 2019, ditambah tabungan pribadi, menyewa 2 kumbung (rumah jamur) dengan kapasitas 20.000 baglog.

"Dari 2 kumbung ini, kami mendapatkan hasil panen 5-10 kg per harinya dan terus naik sampai rata rata 1-2 kw per harinya panen pertama. Pada panen ke-2, hasilnya mencapai 20-60 kg per harinya  dan pada panen ketiga atau menjelang bulan ke-4 biasanya hanya sekitar 5-10 kg per harinya. Hal ini terjadi karena siklus produktif baglog berusia 3-4 bulan. Setelah masa panen ketiga, kami harus mengganti baglog dengan yang baru untuk mendapatkan hasil maksimal kembali," papar Naufal dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (22/9/2020).

Ia menambahkan, adanya pandemi memberikan pengaruh pada usaha yang mereka kelola. Di awal PSBB, harga jamur tiram di tingkat petani di kisaran Rp10.000–Rp12.000/ per kilo. Namun, menjelang Idulfitri, harga sempat jatuh hingga Rp4.000-Rp5.000/kilonya. Meski begitu, kini harga sudah berangsur naik kembali di kisaran Rp9.000 sampai Rp12.000 per kilogram. Dalam hitungan kurang lebih 7 bulan, mereka telah mampu mengembalikan 50% modal mereka.

Untuk pemasaran, ketiga petani milenial usia 23 tahun ini masih menyetorkan hasil panennya ke bandar selain menjual langsung ke konsumen baik teman, kerabat, maupun tetangga secara langsung dalam kemasan 500 gram. Ke depan, mereka pun ingin menambah nilai dari jamur tiram dengan mengolahnya menjadi jamur krispi atau olahan jamur lainnya yang sedang digemari oleh masyarakat saat ini.

Pemilihan nama Ka Kebon tentunya bukan tanpa alasan, mereka secara tidak langsung ingin mengajak generasi muda seusia mereka untuk kembali terjun menggeluti sektor pertanian karena sektor ini tidak ada hentinya. Mereka pun memanfaatkan media sosial seperti Instagram (yuk.Kakebon) sebagai media untuk mengedukasi generasi muda lainnya tentang sektor pertanian khususnya budi daya jamur tiram.

Kegigihan dan keberhasilan mereka dalam mengembangkan budi daya jamur pun telah dilirik oleh Trans 7. Melalui acara Laptop Si Unyil, mereka berharap makin banyak generasi milenial yang tertarik untuk menjadi wirausaha milenial pertanian.

Kesuksesan Naufal dan rekannya menjadi bukti regenerasi pertanian telah berjalan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa kredibilitas generasi muda di bidang pertanian saat ini makin berkembang. Mentan percaya, makin banyak generasi muda yang terjun di bidang pertanian bisa punya peluang kehidupan dan ekonomi yang lebih baik.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi, menambahkan bahwa saat ini Kementan sedang berjibaku untuk memenuhi ketersediaan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia dan ini menjadi peluang bisnis petani milenial. Ia pun tak henti-hentinya mengajak generasi milenial untuk tetap kreatif dan inovatif dalam menggelola sektor pertanian.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: