Partai Demokrat membantah tudingan politikus Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir yang menyebut Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menjabat presiden RI tidak peduli dengan perekonomian Indonesia.
Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Ossy Dermawan pun mengaku heran dengan tudingan Inas Nasrullah Zubir itu.
"Saya heran, yang memberikan pernyataan adalah Pak JK, tapi yang dijelek-jelekkan oleh politisi Hanura ini adalah Pak SBY," ujar Ossy Dermawan, Senin (24/9/2020).
Baca Juga: JK Ungkap SBY Lebih Gesit, Pengamat: Jokowi Lambat, Banyak Ragunya
Ossy Dermawan mengatakan, SBY tidak hanya peduli, namun juga menguasai dan memahami perekonomian Indonesia. "Di samping melalui pengalaman panjang, secara akademis, Beliau juga pernah mendapatkan gelar Doktor di bidang ekonomi dari IPB pada tahun 2004," katanya.
Sehingga, lanjut dia, tidak perlu diragukan lagi tingkat penguasaan dan pemahaman SBY tentang ekonomi. "SBY juga adalah tipe pemimpin yang hands on dan selalu memimpin dari depan. Utamanya dalam masa krisis, he is at the driving seat. Dia yang mengendalikan bukan mendelegasikan. Berkat kepemimpinannya itulah perekonomian relatif tumbuh baik," ungkapnya.
Ossy pun membeberkan faktanya selama sepuluh tahun, 2004-2014, pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% sehingga mampu meningkatkan APBN dan pendapatan per kapita bangsa Indonesia 4 kali lipat. "Sekarang bagaimana?" kata Ossy.
Dia melanjutkan, faktanya selama 10 tahun itu, 2004-2014, angka kemiskinan turun secara signifikan dari 16,7% menjadi 10,89%. "Kalau sekarang diklaim bahwa angka kemiskinan menjadi single digit, ya karena pemerintahan sebelumnya bekerja keras menurunkan secara masif," imbuhnya.
Dia menambahkan, faktanya selama sepuluh tahun (2004-2014), pengangguran turun signifikan dari 11% menjadi 5,7%. "Silakan dicek berapa jumlah pengangguran saat ini. Jadi jangan asal njeplak bilang pembangunan di era SBY mangkrak. Karena buktinya nyata dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, selama 10 tahun (2004-2014), rasio utang pada PDB menurun drastis dari 56,6% menjadi 24,7%. Kata Ossy, sekarang kembali merangkak naik mendekati angka 40%.
"Selama 10 tahun (2004-2014), cadangan devisa meningkat tajam 3x lipat dari US$36,3 miliar menjadi US$111,8 miliar. Jadi, dengan cadangan devisa yang relatif besar, pemerintahan sekarang punya uang untuk membangun. Sepatutnya berterima kasih kepada pemerintah SBY," kata Ossy.
Untuk itu, kata Ossy, sebelum berkomentar, marilah kita melihat segala fakta dan data secara proporsional. "Pemerintahan SBY sudah berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Silakan dilanjutkan dengan baik agar rakyat menerima manfaat yang sebesar-besarnya dari pemimpinnya," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Penasihat Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menilai pernyataan mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) yang membandingkan gaya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) sangat mengejutkan. Dia menyimpulkan bahwa SBY ketika menjabat presiden RI tidak peduli dengan perekonomian Indonesia.
"Pernyataan JK tersebut sangat mengejutkan kita semua, bahwa ketika SBY memimpin negeri ini, dia tidak peduli terhadap perekonomian Indonesia, mangkanya diserahkan kepada JK, jangan-jangan juga ketika Boediono menjadi Wapres, masalah perekonomian pun diserahkan juga ke Wapres," ujar Inas Nasrullah Zubir, Kamis (24/9/2020).
Sebelumnya, JK yang pernah menjadi wapres mendampingi SBY (2004-2009) dan Presiden Jokowi (2014-2019) mengungkapkan bahwa semua masalah ekonomi di era SBY diserahkan kepadanya. Sedangkan di era Jokowi, kata JK, semua hal dirapatkan. Hal itu dikatakan JK saat diwawancarai Helmy Yahya, yang tayangannya diunggah melalui channel YouTube Helmy Yahya Bicara.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti