Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Teknologi Cloud Jadi Kunci Keberlangsungan Industri dan Manufaktur Pasca Covid-19

Teknologi Cloud Jadi Kunci Keberlangsungan Industri dan Manufaktur Pasca Covid-19 Kredit Foto: Dok. AVEVA

Tanpa teknologi komputasi awan (cloud), banyak organisasi tidak dapat melakukan banyak hal yang biasa mereka lakukan setiap hari — daftar yang terus bertambah secara eksponensial selama pandemi COVID-19 global ini. Sebagai contoh, akan lebih sulit bagi eksekutif perusahaan untuk mengakses informasi penjualan real-time mereka dari mana saja. Perusahaan juga akan merasa lebih sulit untuk berbagi dan menyunting dokumen secara aman dengan kolega di seberang lautan - dan bahkan di dalam kota yang sama. 

“Bahkan jarak fisik yang pendek akan menghadirkan tantangan untuk berkolaborasi dengan rekan kerja tanpa teknologi komputasi awan (cloud),” jelas Ravi.

Menurut Ravi, saat ini pekerja industri tidak perlu berada di lokasi secara fisik karena organisasi bisnis telah terkoneksi melalui teknologi komputasi awan (cloud). Orang dapat bekerja dari jarak jauh, dan tim masih dapat berkolaborasi sepenuhnya. Hal ini bahkan juga berlaku bagi para insinyur dan pekerja lain yang perlu mengoperasikan peralatan industri secara langsung.

Semua ini telah dimungkinkan dengan bermunculannya teknologi baru seperti big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence), machine learning serta virtual reality yang tidak hanya telah membuka pintu akses jarak jauh tetapi juga telah mendorong terlahirnya digital twin - replika virtual dari mesin dan pabrik barbasis data. Hal ini memungkinkan proses manajemen, pemeliharaan, dan kontrol mesin untuk dapat dilakukan secara digital. 

“Menggunakan pemodelan 3Dimensi dan teknik canggih serta alat visualisasi, pekerjaan dapat dilaksanakan melalui dashboard operasional yang efektif,” jelasnya. 

Saat ini, lanjut Ravi, sudah ada organisasi yang menggunakan teknologi ini selama beberapa waktu, tetapi di masa pasca-COVID-19 – bagaimanapun dan di mana pun itu – hal ini akan menjadi tren yang terus berlanjut. Efek dari pandemi ini telah memaksa seluruh sektor industri untuk mengimplementasikan platform digital inovatif yang tersedia dalam memfasilitasi cara kerja agar orang dapat tetap terhubung dan gesit, serta yang lebih penting, aman.

Namun bukan hanya orang saja, teknologi ini juga memiliki dampak besar pada aset operasional industri, terutama dalam pengurangan downtime. Terlepas dari tantangan yang dibawa pandemi saat ini, tidak diragukan bahwa jika pandemi ini terjadi pada beberapa tahun sebelumnya dampak yang terjadi akan jauh lebih buruk. 

Efek kerusakan yang terjadi dengan ditutupnya pabrik dan tingkat pengurangan pekerja akan lebih besar dan lebih lama. Terkait peralatan operasional, pilihannya adalah peningkatan risiko terpaparnya pekerja terhadap virus atau pemberhentian operasional pabrik untuk periode yang lebih lama –  tidak satu pun pilihan ini yang ideal.

Jauh sebelum dunia mendengar COVID-19, Asset Performance Management (APM) telah digunakan oleh organisasi untuk menangani tantangan ini. Menggabungkan big data industri, Cloud, AI, digital twin, serta teknologi AR, APM dimaksudkan agar organisasi dapat memantau aset mereka untuk mengidentifikasi, mendiagnosis, serta memprioritaskan masalah peralatan yang akan datang - secara terus menerus dan dalam waktu nyata (real time). 

“Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengurangi unscheduled downtime, mencegah kegagalan peralatan, mengurangi biaya perawatan, meningkatkan pemanfaatan aset, memperpanjang masa pakai peralatan serta mengidentifikasi aset yang berkinerja buruk,” jelas Ravi.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: