Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lima Hal Penting Transformasi Digital Bank Mandiri

Lima Hal Penting Transformasi Digital Bank Mandiri Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Digitalisasi telah merubah seluruh sektor dan sendi kehidupan masyarakat, bahkan hingga hal terkecil sekalipun. Kalau dulu bila ingin belanja harus ke pasar, kini dengan digitalisasi, mereka cukup santai di rumah pesan lewat handphone dan belanjaan pun datang ke rumah.

Begitupun di sektor perbankan, digitalisasi telah merubah segala layanan dan transaksi perbankan. Sebut saja PT Bank Mandiri (persero) Tbk. Tingginya kebutuhan masyarakat akan layanan dan transaksi digital perbankan menuntut bank harus segera melakukan transformasi. Bila tidak, siap-siap saja bakal ditinggal nasabah.

Terkait hal ini, Direktur Information Technology Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans menceritakan bagaimana Bank Mandiri melakukan transformasi layanan di era digital. Menurutnya, ada lima pelajaran penting yang bisa dipetik.

Baca Juga: Bank Mandiri Catat Transaksi Digital Naik 20% Bernilai Rp5.800 T pada Agustus

"Yang pertama adalah paradigma kita, kita sering kali masih berpikir sebagai bank padahal mungkin kita harus sdh berpikir IT company yang kebetulan memiliki bank license," ujar Rico saat webinar bertajuk "Leading in Transformation with Service Improvement" di Jakarta, kemarin.

Menurutnya, saat ini keberadaan bank sudah tidak diperlukan lagi tapi cukup layanan perbankan. Jadi selama perusahaan baik bank atau bukan bank menyediakan layanan perbankan mereka akan diterima masyarakat selama kredibel.

"Oleh karena itu perlu sekali digital leadership di dalam company atau bank. Berapa banyak direksi yang ngerti digital, ini yang menentukan digital leadership-nya kemudian bagaimana menuangkannya dalam strategi. Dan yang terakhir adalah culture, bagaimana kita membangun culture tiap ada masalah pemikirannya bagaimana menyelesaikannya secara digital," ungkapnya.

Yang kedua, yakni customer experience. Dia menuturkan, Bank Mandiri telah menerap tiga hal yakni Design For Skill (DFS), dimana skill yang dimiliki harus didesain dengan baik.

Kedua, Design For No Operation (DFNO), arti setiap fitur yang diluncurkan sebisa mungkin tidak ada pekerjaan manual di belakangnya atau automasi. Dan terakhir adalah Design For Human Interaction (DFHI) dimana kalau ingin mau membangun sesuatu harus riset dahulu apakah sesuai kebutuhan nasabah atau tidak.

"Ketiga, understanding our customer. Keempat, sistem kita harus open system. Gojek, Grab nggak punya inventory yang seharusnya mereka punya di traditional. Nah bank gimana caranya bisa benar-benar tanpa perlu cabang tapi dia bisa create value," paparnya

Kemudian yang terakhir adalah people karena people merupakan bagian dari service. "Dan kenyataannya 50% pekerjaan perbankan akan hilang 10 tahun kedepan. Perbankan akan mengalami ini, ini keniscayaan," tuturnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: