Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emosi Memuncak, Rakyat Palestina Pulangkan Delegasi UEA dari Masjid Al-Aqsa

Emosi Memuncak, Rakyat Palestina Pulangkan Delegasi UEA dari Masjid Al-Aqsa A general view of Jerusalem's Old City shows the Western Wall, Judaism's holiest prayer site, in the foreground as the Dome of the Rock, located on the compound known to Muslims as Noble Sanctuary and to Jews as Temple Mount, is seen in the background December 10, 2017. | Kredit Foto: Reuters/Ammar Awad
Warta Ekonomi, Yerusalem -

Warga Palestina mengusir delegasi Uni Emirat Arab (UEA) dari masjid Al-Aqsa di Yerusalem, tempat tersuci ketiga bagi muslim. Pengusiran dilakukan karena normalisasi hubungan UEA dan Israel.

Orang Palestina menilai kesepakatan itu telah mengkhianati cita-cita negara Palestina. Dalam video yang diunggah di halaman Facebook Palestinian Wadi Hilweh Information Center terlihat delegasi UEA diusir setelah masuk ke Al-Aqsa melalui gerbang yang dijaga polisi Israel.

Baca Juga: Pejabat Top Mossad Akui Normalisasi Israel Tak Sejalan dengan Memajukan Palestina karena...

Dalam video tersebut seorang laki-laki Palestina menegur delegasi UEA tentang normalisasi hubungan dengan Israel dan memintanya pergi. Tidak lama kemudian delegasi itu meninggalkan masjid.

Kunjungan delegasi UEA itu dilakukan setelah Bahrain dan Israel meresmikan hubungan diplomatik. Perdana Menteri Palestina Muhammad Shtayyeh mengatakan kesepakatan itu 'hadiah gratis untuk pendudukan Israel untuk merebut lebih banyak tanah Palestina dan membangun lebih banyak pemukiman'.

"Masjid Al-Aqsa harusnya dimasuki melalui gerbang pemiliknya, tidak melalui gerbang yang diduduki Israel, sedih melihat delegasi Arab masuk melalui gerbang Israel, sementara jamaah menolak akses mereka untuk sholat," kata Shtayyeh seperti dilansir media Turki, Daily Sabah, Selasa (20/10/2020).  

UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan yang ditengahi Amerika Serikat (AS) untuk menormalisasi hubungan dengan Israel pada 15 September lalu. Kelompok-kelompok Palestina mengecam kesepakatan tersebut dengan mengatakan perjanjian itu mengabaikan hak rakyat Palestina.

Perjanjian itu juga mematahkan konsensus Arab yang telah berlangsung selama puluhan tahun untuk tidak akan pernah menormalisasi hubungan dengan Israel hingga ada perdamaian dengan Palestina. Rakyat Palestina menilai kesepakatan itu 'mengkhianati' mereka.

Otoritas Palestina menjaga konsensus Arab yang memastikan normalisasi hubungan negara-negara Arab hanya akan terjadi bila Israel memenuhi sejumlah syarat. Salah satunya menarik diri dari pemukiman yang mereka duduki sejak Perang Timur Tengah tahun 1967.  

Syarat lain yakni menyetujui Yerusalem Timur ibu kota negara Palestina. Syarat ketiga adalah menemukan solusi bagi jutaan pengungsi Palestina dan keturunan mereka yang terusir dari negara mereka sendiri. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: