Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kalah Cepat dari Prabowo, Wiranto Curhat: Saya Kecewa atas Manuvernya

Kalah Cepat dari Prabowo, Wiranto Curhat: Saya Kecewa atas Manuvernya Kredit Foto: Antara/M Ibnu Chazar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tepatnya 28 Maret 1998, Mayor Jenderal TNI Muchdi Purwopranjono resmi diangkat menjadi Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus), menggantikan posisi Mayjen TNI Prabowo Subianto.

Ada sebuah kisah di balik pengangkatan Brigjen Muchdi menjadi orang nomor satu dalam kesatuan pasukan elite Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD).

Naiknya posisi Muchdi menjadi Danjen Kopassus, tak lepas dari sosok seorang Prabowo. Kisah ini diceritakan oleh mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab RI), Jenderal TNI (Purn) Wiranto.

Baca Juga: Prabowo Kasih Jabatan Terhormat untuk Wakil Anies Baswedan, Apa Itu?

Dalam buku berjudul Bersaksi di Tengah Badai yang ditulisnya, Wiranto menceritakan bagaimana situasi saat itu. Saat Muchdi diangkat menjadi Danjen Kopassus, Wiranto sebenarnya ingin menunjuk Brigjen Sang Nyoman Suwisma. Akan tetapi, di sinilah cerita kalah cepat Wiranto dari Prabowo.

Prabowo yang ditunjuk menjadi Pangkostrad tiga hari sebelum pengangkatan Muchdi menjadi Danjen Kopassus, menginginkan pria kelahiran Sleman, Yogyakarta itu yang menggantikannya. Di sisi lain, Wiranto juga memiliki jagoan sendiri.

Kedekatan Prabowo dengan Presiden RI saat itu, Jenderal TNI (Purn) Soeharto, memuluskan langkahnya. Prabowo yang merupakan menantu Soeharto, meminta langsung agar Muchdi yang saat itu menjabat Panglima Komando Daerah Militer VI/Tanjungpura, diangkat menjadi Danjen Kopassus.

"Saat saya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD), diputuskan bahwa Danjen Kopassus yang baru menggantikan Prabowo adalah Brigjen Suwisma. Namun, keputusan itu tidak bisa dilakukan, karena Prabowo menghadap langsung ke Presiden Soeharto dan meminta agar pengangkatan Suwisma dibatalkan," tulis Wiranto dalam bukunya.

"Prabowo secara pribadi meminta Mayjen Muchdi, yang saat itu adalah Panglima TNI di Kalimantan. Saya tentu sangat kecewa dengan manuver seperti itu. Jadi, saya menceritakan kepada Presiden Soeharto kisah sebenarnya. Saya juga mengatakan, saya akan bertanggung jawab atas keputusan tersebut," lanjut Wiranto.

Baca Juga: Ekonomi hingga Politik Rezim Jokowi Ambyar, Elite PKS Bawa-bawa Nama Rizieq sampai Gatot

Wiranto sadar jika ia kalah cepat. Sebab, Panglima ABRI saat itu, Jenderal TNI Feisal Tanjung keburu menandatanani surat keputusan pengangkatan Muchdi sebagai Danjen Kopassus.

"Namun, belakangan saya tahu bahwa saya terlambat. Karena, Panglima ABRI, Jenderal Feisal Tanjung telah menandatangani keputusan yang melewati saya sebagai Panglima Angkatan Darat. Dengan alasan, Presiden menginginkan tujuan itu," catat Wiranto.

Muchdi sendiri hanya menduduki posisi sebagai Danjen Kopassus kurang dari satu bulan. Posisinya kemudian digantikan oleh Mayjen TNI Syahrir MS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: