Libur panjang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tinggal menghitung hari. Masyarakat pun mulai bersiap diri, mulai dari menentukan waktu dan tujuan wisata hingga menentukan kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama musim liburan yang akan berlangsung pada 28 Oktober-1 November 2020 mendatang.
Baca Juga: Tekan Penyebaran Covid-19 Saat Liburan: Batasi Mobilitas
Sudah selayaknya liburan menjadi momen penuh sukacita bagi semua, namun pandemi Covid-19 membuatnya berbeda. Masyarakat menjadi tak seleluasa seperti sebelumnya dalam menentukan tempat dan aktivitas liburan karena pada saat yang bersamaan, ada potensi penularan covid-19 yang sangat mungkin terjadi selama kegiatan berwisata.
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengungkapkan bahwa sekalipun melakukan aktivitas liburan di ruang terbuka (outdoor), tetap ada risiko terpapar Covid-19 dari lingkungan sekitar. Terlebih lagi, jika protokol 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun atau memakai hand sanitizer) diabaikan.
Baca Juga: Libur Panjang Yes, Terpapar Covid-19 No! Epidemiolog: Hindari Zona Merah
"Walaupun di ruangan terbuka, masker menjadi pegangan kedua. Kalau kita ingat, menjaga jarak ini langsung menurunkan risiko 85%, sedangkan menggunakan masker ini juga menurunkan risiko 45% sampai 70%. Jadi, tetap semuanya harus diterapkan, cuma kadang orang lupa ketika sudah sudah jalan-jalan bersama-sama, sudah di tempat wisata, jadi potensinya di sana," jelas Dewi dalam talkshow virtual yang disiarkan langsung melalui YouTube BNPB, Kamis, 22 Oktober 2020.
Dewi menambahkan, ada sejumlah aktivitas liburan yang memiliki risiko tinggi terhadap penularan Covid-19. Aktivitas pertama tidak lain adalah bepergian ke tempat kerumunan atau tempat wisata yang ramai pengunjung, "Pasti ini risikonya tinggi sekali."
Selain tempat wisata, aktivitas berisiko tinggi lainnya adalah bepergian ke pusat perbelanjaan yang juga ramai pengunjung, terutama saat musim liburan. Dewi mengimbau, masyarakat perlu memerhatikan pemilihan tempat berbelanja, di mana yang paling utama adalah tempat tersebut menerapkan protokol kesehatan.
"Jadi sebenarnya kalau misalnya supermarket itu mereka menerapkan protokol pada jumlah maksimal pengunjung maka harusnya orang yang keluar masuk akan dihitung satu pintu yang sama, tidak boleh berbeda. Pintunya berbeda aja itu udah berarti nggak diterapkan tuh protokolnya," sambung Dewi.
Berikutnya adalah aktivitas mengikuti sebuah pertemuan dalam satu acara di ruangan yang dihadiri oleh banyak orang, termasuk di dalamnya adalah agenda pertemuan keluarga. Kalaupun berkumpul, 3M harus tetap dipraktikkan di mana pun berada. Lebih lanjut, masyarakat juga diminta untuk mengindari kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti parade dan festival.
Tempat atau aktivitas berikutnya yang memiliki risiko tinggi penularan Covid-19 adalah tempat ibadah dan acara keagamaan. Untuk itu, Dewi menekankan pentingnya memastikan bahwa tempat atau agenda-agenda tersebut tidak ramai dan tetap menerapkan protokol kesehatan.
"Karena memang liburnya adalah libur keagamaan, jadi memang kita pastikan tempat ibadah tidak ramai ketika akan mengadakan yang bentuknya tabligh akbar, mau ada pengajian, pastikan kondisinya tetap patuh pada 3M. Jangan berkerumun, jangan berkumpul," tegasnya lagi.
Kemudian, tempat dan aktivitas yang perlu diwaspai berikutnya adalah kampanye yang mengundang keramaian. Begitu pun dengan aktivitas di tempat-tempat transportasi umum harus diwaspadai, seperti terminal, stasiun, dan bandara. Aktivitas berisiko tinggi yang terakhir adalah berkerumun di lokasi bencana alam.
"Yang perlu kita ingat, sekarang kan hujan mulai deras, mungkin tempat atau daerahnya kebanjiran dan harus pergi mengungsi juga harus dipastikan ekstra hati-hati," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih