Di Tengah Protes, Rakyat Lebanon Kembali Dipimpin Saad Hariri
Negara, yang merupakan salah satu negara dengan hutan terbanyak di dunia itu, melihat pertumbuhan ekonominya jatuh ke nol dan mata uang yang dipatoknya kehilangan nilai di pasar gelap sebagai akibat dari kekurangan dolar Amerika Serikat (AS).
Pengangguran dan kemiskinan juga meningkat, dan orang-orang semakin marah karena kegagalan pemerintah untuk menyediakan layanan dasar. Protes yang akhirnya memaksa Hariri mundur pecah setelah kabinetnya mengusulkan pajak atas panggilan suara melalui layanan pesan seperti WhatsApp untuk membantu meningkatkan pendapatan.
Kerusuhan dengan cepat berubah menjadi pemberontakan nasional melawan elit politik yang telah lama dituduh oleh banyak rakyat Lebanon melakukan korupsi, pemborosan, salah urus dan kelalaian.
Kekuasaan di Lebanon sebagian besar didasarkan pada kepentingan sektarian. Pengangkatan politik dan banyak pekerjaan bergantung pada kepemilikan salah satu dari 18 komunitas agama yang diakui secara resmi di negara itu, situasi yang mengarah pada patronase dan kronisme.
Pakta Nasional 1943 menyatakan bahwa presiden Lebanon harus seorang Kristen, perdana menteri seorang Muslim Sunni, dan ketua parlemen seorang Muslim Syiah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: