Getolnya Sudan Lakukan Normalisasi dengan Israel Bikin Nasib Palestina Kian Terpuruk?
Kepentingan Palestina akan terancam jika normalisasi ego sentris
Fenomena normalisasi Arab-Israel telah bergulir dan membuat konstelasi politik Timur Tengah pun lambat laun sedikit berubah. Orientasi politik yang dibangun beberapa negara Arab, seperti UEA, Bahrain, dan Sudan pun berbeda, yakni menyangkut persoalan ekonomi. Meskipun, kepentingan Palestina tidak ditinggalkan dalam keputusan penting tersebut.
Jika fenomena normalisasi Arab-Israel pun akan terus terjadi dan semakin banyak negara Arab yang melakukannya. Maka, hal yang terpenting, hak-hak dan apa yang mesti Palestina dapatkan harus terpenuhi. Tanpa ada lagi tindak penindasan dan upaya aneksasi atas Tepi Barat. Skenario normalisasi tetap berjalan, tetapi kepentingan Palestina tetap harus diperjuangkan dan dicari solusi terbaik.
Namun, jika upaya normalisasi Arab-Israel hanya sebuah "intrik politik" Amerika Serikat-Israel. Tentu, situasi ini hanya mementingkan dalam negeri beberapa negara yang menormalisasi dengan Israel semata. Bahkan, kebijakan yang diambil pun akan memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan perjuangan Palestina.
Tampaknya, kondisi sulit ini harus segera diajukan solusinya. Jika keberlanjutan normalisasi tetap bergulir. Maka, dialog dan diskus intensif antar negara dalam menemukan titik konklusi yang nyata harus dilakukan.
Mengingat peran dan kontribusi Liga-liga Arab dalam persoalan normalisasi pun dipertanyakan, maka kesepakatan normalisasi seharusnya mampu direspons dengan baik dan permasalahan konflikt Israel-Palestina mampu diurai bersama.
Tetapi, jika normalisasi Arab-Israel atas pasar keuntungan masing-masing negara yang telah menyepakati keputusan tersebut. Maka, hal itu tidak jauh akan mengupayakan persoalan ekonomi dan meniadakan persoalan kemanusiaan, bahkan penindasan akan terus merajalela.
Untuk itu, normalisasi harusnya menjadi jawaban atas persoalan konflik Israel-Palestina, bukan malah menjadi masalah baru bagi stabilitas keamanan Timur Tengah. Jika hal itu terjadi, maka pelbagai kompleksitas dan konflik kawasan tidak akan pernah usai.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: