Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Siap-siap, Jika Trump Gugur Dana Asing Bakal Membanjiri Indonesia

Siap-siap, Jika Trump Gugur Dana Asing Bakal Membanjiri Indonesia Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019). Nilai tukar (kurs) Dolar Amerika Serikat melemah terhadap Rupiah menjadi Rp13.920 per Dolar Amerika Serikat dari sebelumnya Rp14.008 per Dolar Amerika Serikat. | Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) menilai beragam kebijakan pemerintah, Bank Indonesia dan OJK untuk memacu pemulihan ekonomi nasional (PEN) akibat pandemi COVID-19 mulai menunjukkan hasil positif.

Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW), Budi Hikmat, mengatakan bahwa untuk mengukur efektivitas stimulus, pihaknya mencermati tiga hal.

Pertama, apakah stimulus fiskal untuk bantuan sosial dan pelonggaran moneter memacu pertumbuhan jumlah uang beredar. Secara spesifik Ia mencermati pertumbuhan M1 sebagai ukuran daya beli. Ada kabar baik mengingat pertumbuhan M1 melonjak 19,3 % per Agustus dibanding setahun lalu. Indikator kedua apakah investor asing kembali masuk ke dalam SBN untuk memperkuat posisi rupiah. Ada isyarat baik, selama Oktober investor asing terus masuk.

“Dan ketiga, apakah perbankan yang sudah memiliki likuditas mau menyalurkan kredit. Walau secara tahunan masih mencewakan, angka bulanan pertumbuhan kredit sudah menunjukkan perbaikan,” ungkapdalam keterangan pers pada hari Selasa (3/11/2020).

Baca Juga: Bahana TCW: Pemulihan Ekonomi Mengikuti Huruf K

Secara umum, Budi Hikmat memperkirakan, aliran modal asing masih tertahan untuk masuk ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia, sebab menunggu hasil pilpres di Amerika Serikat (AS).

Budi menilai kemenangan Biden cenderung positif bagi negara berkembang, termasuk Indonesia. Sebab kebijakan presiden Trump yang ‘ultra-populis’ selama ini cenderung membuat perekonomian dunia kurang imbang namun berisiko memicu gejolak yang lebih kompleks di masa yang akan datang.

Stimulus masif defisit fiskal, terutama pemotongan pajak korporasi yang lebih berpihak kepada kelompok ekonomi atas, telah menyebabkan perekonomian AS relatif paling kuat dibandingkan negara lain. Sementara stimulus moneter berupa penurunan suku bunga dan penggelontoran likuiditas telah memicu kenaikan harga saham di Amerika Serikat. Hal ini ternyata sekaligus menyebabkan investor enggan masuk ke negara berkembang.

Baca Juga: Investor Asing Ramai Angkat Kaki dari Bursa, IHSG Perkasa!

Selain hasil pilpres AS, market juga menanti solusi penanganan dari wabah COVID-19 dimana saat ini Eropa tengah mengalami gelombang kedua (second wave).

Kendati melihat peluang keuntungan di pasar saham sekira Biden menang, Budi mengingatkan investor untuk siaga menyikapi volatilitas terutama yang bersumber dari nilai tukar. Sejauh ini investor asing menyukai SBN Indonesia dalam mata uang asing yang relatif aman terhadap risiko nilai tukar.

Posisi kepemilikan investor asing dalam SBN tercatat sebesar Rp 952 triliun. Angka ini sudah naik dari posisi terendah Rp 917 triliun namun masih belum kembali melampaui posisi pre-COVID Rp 1090 triliun.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: