Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mau Tumbangkan Dolar AS, Mohon Maaf Jalan Yuan Digital Masih Sangat Panjang

Mau Tumbangkan Dolar AS, Mohon Maaf Jalan Yuan Digital Masih Sangat Panjang Kredit Foto: Unsplash/Dmitry Moraine
Warta Ekonomi, Jakarta -

David Roche, presiden dan ahli strategi global di Independent Strategy, percaya bahwa yuan digital China memiliki jalan yang panjang sebelum dapat menantang dolar AS sebagai mata uang cadangan.

Menurut Roche, mata uang digital bank sentral China atau CBDC, secara hipotetis dapat mengalahkan dolar AS sebagai mata uang cadangan, tetapi itu akan memakan waktu sangat, sangat lama.

Ahli strategi tersebut dilaporkan menekankan bahwa euro menyumbang 18% -20% dari semua perdagangan global yang menyedihkan. Sementara yuan China menyusun 2% dari penyelesaian perdagangan internasional.

Baca Juga: Pertama Kalinya, HSBC Bangladesh Selesaikan Transaksi Berbasis Blockchain

"Melepaskan dolar--yang coba dilakukan euro, dan menetap pada 18-20% yang menyedihkan dari semua hal internasional yang terjadi--sangat, sangat sulit. Saat ini ada sejumlah ilusi bahwa yuan--yang menyumbang 2% dari penyelesaian perdagangan internasional dan bahkan lebih sedikit jika Anda sampai pada arus investasi keuangan--dapat mengambil alih," katanya dikutip dari Cointelegraph, Rabu (4/11/2020).

Roche juga menekankan bahwa ekonomi AS telah menyusut dalam 20 tahun terakhir. Namun, dolar adalah "proporsi yang meningkat dari penyelesaian perdagangan internasional dan proporsi cadangan keuangan yang lebih besar," kata ahli strategi itu.

Pernyataan Roche mencuat tak lama setelah Jerome Powell, Ketua Federal Reserve AS, menyatakan bahwa pemerintah AS tidak khawatir tentang China mendapatkan keuntungan sebagai penggerak pertama dalam hal penerbitan CBDC. Menurut pejabat itu, AS akan fokus pada "melakukannya dengan benar" daripada mencoba menjadi yang pertama dengan CBDC.

Pada saat yang sama, sejumlah pakar industri menyatakan keprihatinan atas risiko dolar AS kehilangan statusnya jika versi digitalnya tidak segera diluncurkan. Pada Oktober 2019, Christopher Giancarlo, mantan Ketua Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas, berpendapat bahwa dolar dapat kehilangan status di masa depan karena negara lain secara aktif bereksperimen dengan CBDC.

Pada 20 Oktober, Anthony Pompliano, salah satu pendiri perusahaan cryptocurrency besar Morgan Creek Digital, berpendapat bahwa AS akan jatuh sangat jauh di belakang China jika negara tersebut terus menunda inisiatif dolar digitalnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: