Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Studi: Peluang Bisnis di Industri 4.0 Meningkat hingga 51%

Studi: Peluang Bisnis di Industri 4.0 Meningkat hingga 51% Kredit Foto: Medium
Warta Ekonomi, Jakarta -

Seiring perkembangan yang terjadi di Asia, terdapat di tengahnya adalah industri 4.0, yang juga dikenal sebagai digitalisasi industri. Mengalihkan bisnis dan perusahaan ke ruang virtual yang cerdas dan terhubung bukan lagi menjadi pilihan, melainkan kebutuhan untuk bertahan hidup, terutama ditambah akibat tekanan yang ditimbulkan oleh pandemi.

Sebuah studi baru oleh Deloitte menunjukkan tren ini dengan sebagian besar (96%) perusahaan dari Asia Pasifik (APAC) mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan audit untuk menemukan peluang dalam industri 4.0, persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global yaitu sebesar 51%.

"Tingkat digitalisasi Asia Pasifik masih berada dalam tahap awal hingga akhirnya pandemi memaksa semua orang mempertimbangkan kembali praktik operasional mereka. Kehadiran industri 4.0 merupakan revolusi yang mengutamakan konsumen sebagai pilar pentingnya. Bersama terobosan seperti Big Data, Internet of Things (IoT), 5G, industri 4.0 hadir untuk menciptakan masa depan sesuai dengan apa yang kita kehendaki," komentar Stephan Neumeier, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky, Rabu (4/11/2020).

Baca Juga: Kabar Baik, Jumlah Peretasan Bitcoin Tahun Ini Merosot

Masa depan yang dikehendaki (customised future) berarti produk dan layanan diciptakan berdasarkan preferensi konsumen. Ini juga dikenal sebagai personalisasi, tren yang diperkenalkan oleh ultra-broadband seluler 4G, yang menghadirkan kekuatan pada ujung jari manusia untuk memanggil taksi saat mereka membutuhkannya, mengalirkan lagu atau konten yang diinginkan, dan banyak lagi.

Dengan meningkatnya kemajuan teknologi, mayoritas konsumen (83%) menghargai pengalaman yang dipersonalisasi terbukti dengan kesediaan mereka untuk memberikan data demi mewujudkannya. Faktanya, konsumen secara tidak sadar memberikan lebih banyak data daripada yang mereka pikir sebelumnya.

Misalnya, sesederhana pilihan lagu yang dibuat beberapa kali dan kemudian dianalisis dapat memungkinkan perusahaan streaming musik memprediksi suasana hati pengguna pada waktu dan lokasi tertentu.

Hal yang sama juga berlaku untuk aplikasi kencan yang dapat mengetahui apakah seseorang dalam keadaan sedih dan rentan, pada jam berapa, hanya berdasarkan jumlah swipe konsumen dari kiri ke kanan.

Dalam hal pelacakan lokasi, para konsumen telah membagikan lokasi mereka secara real-time, bahkan sebelum pandemi terjadi. Dengan konsumen menggunakan peta virtual untuk menemukan jalan atau mengetahui situasi lalu lintas, secara langsung juga memberdayakan aplikasi tersebut dalam mengumpulkan sejumlah besar data sehingga memungkinkannya untuk memprediksi pola perilaku dan fisik mereka. Data tersebut menjadi berisiko apabila akhirnya berada di tangan yang salah.

Dengan jumlah informasi tersebut, masa depan yang dikehendaki sangat mungkin terjadi karena banyak perusahaan sekarang mengenal konsumen mereka lebih baik daripada konsumen itu sendiri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: