"Mereka menemukan bahwa suara Biden berada di Pennsylvania, Wisconsin, dan Michigan," kata Trump. "Itu sangat buruk bagi negara ini," imbuhnya.
Namun Richard Hasen, pakar hukum pemilu di Universitas California, mengatakan tidak ada niat jahat di balik lamanya proses penghitungan suara.
Baca Juga: Sibuk Pilpres, Posisi Militer AS di Suriah Sama Sekali Gak Berubah
"Di tiga negara bagian tersebut, para petugas pemilu harus bekerja ekstra untuk memproses surat suara yang berlimpah," katanya.
Dia mengatakan, surat suara tersebut tidak dihitung acak, tetapi dihitung semuanya sehingga hasil pemilu negara bagian yang paling menentukan bisa diketahui.
Michigan menerima lebih dari 3,1 juta surat suara yang dikirim melalui pos. Mereka juga harus menghitung surat suara pada hari pemilu. Hukum negara bagian membuat proses pemilu berlangsung lama.
Apa yang terjadi Pennsylvania dan Michigan berbeda dengan di Florida di mana para petugas memproses penghitungan surat suara beberapa pekan sebelum hari pemilu. Mereka pun bisa menghitung surat suara dengan cepat dan tepat. Itu menjadikan Trump cepat diproyeksikan menang di Florida.
Gubernur Pennsylvania Tom Wolf, seorang Demokrat, mengatakan sistem telah bekerja dan tidak menghasilkan sesuatu yang maksimal.
"Kita telah bersabar, tetapi tetap percaya diri semua surat suara bisa dihitung dengan akurat," katanya. Lamanya proses penghitungan karena sistem telah bekerja.
Keterlambatan penghitungan suara menciptakan polemik. Trump menuding keterlambatan sebagai indikasi adanya kecurangan. Dia mencontohkan adanya sebagian pendukungnya dihadang sekelompok orang sehingga tidak dapat turut serta dalam pencoblosan.
“Jutaan orang (warga AS) telah mendukung kami,” kata Trump di East Room, Gedung Putih, Washington, AS, Rabu (4/11/2020) pagi waktu lokal.
“Tapi sekelompok orang mencoba menghambat suara mereka dengan berbagai cara,” tambahnya. Saat itu Trump tertinggal dengan perolehan suara 213 berbanding 238 di 40 negara bagian.
Trump mengakui ketertinggalannya dari Biden di beberapa negara bagian. Padahal sebelumnya dia sangat percaya diri dapat unggul atas Biden di negara bagian tertentu dan kembali menjabat sebagai presiden. Pebisnis yang beralih menjadi politisi itu bahkan sudah menyiapkan pesta selebrasi pada Rabu (4/11/2020) malam.
“Upaya kecurangan merupakan sebuah kerugian besar bagi masyarakat AS. Ini merupakan tindakan yang memalukan bagi negeri ini (AS). Terus terang saja kami memenangi pilpres ini,” kata Trump. Dia kemudian mengatakan akan mengadu kepada Mahkamah Agung agar perhitungan suara dapat dihentikan.
Ahli hukum demokrasi dari Republik Ben Ginsberg mengaku kecewa dengan ketidakpercayaan Trump terhadap penghitungan suara. Menurutnya, pernyataan Trump tidak hanya dapat membuat kekacauan, tetapi juga merugikan masyarakat AS yang sudah bekerja keras agar pilpres berjalan dengan jujur dan transparan.
“Tuduhan Trump tidak memiliki dasar hukum yang kuat. Jadi menurut saya pernyataan seperti itu sebaiknya tidak dilayangkan di hadapan publik,” kata Ginsberg seperti dikutip CNN.
“Biarkanlah petugas bekerja dulu untuk menghitung suara yang masuk. Jika ingin protes, nanti saja setelah semuanya selesai dan jelas,” lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: