Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Len dan AP II Kerja Sama Potensi Pemanfaatan PLTS di Bandara

Len dan AP II Kerja Sama Potensi Pemanfaatan PLTS di Bandara PT Len Industri (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) menandatangani MoU kerja sama tentang kajian potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lingkungan PT Angkasa Pura II. | Kredit Foto: Len Industri
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Len Industri (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) menandatangani MoU kerja sama tentang kajian potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di lingkungan PT Angkasa Pura II. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama Len Industri, Zakky Gamal Yasin, dan Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, di Jakarta, Rabu (4/11/2020).

Penandatanganan kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari keputusan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tentang pembentukan Tim Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Surya di BUMN dengan nomor surat SK-252/MBU/07/2020 pada bulan Juli 2020 lalu.

Baca Juga: PLN dan Masdar Bangun PLTS 145 MW, Erick Thohir: Terbesar di Asia Tenggara

Melalui kerja sama tersebut akan dilakukan kajian studi kelayakan atas potensi pembangunan sistem PLTS di seluruh bandar udara milik Angkasa Pura II di Indonesia. Dengan begitu, sinergi BUMN dapat menciptakan kerja sama strategis yang saling menguntungkan dalam memanfaatkan potensi yang dimiliki masing-masing BUMN.

Zakky dalam sambutannya mengatakan, Len sangat peduli terhadap pengembangan PLTS di Indonesia. Program percepatan juga bisa mengembangkan industri PLTS lebih ke hulu lagi, yang sebenarnya sudah didukung dengan kekayaan alam atau bahan baku sel surya di Indonesia.

"Kita akan siapkan 2 skema; yang pertama sistem yang bisa menghemat konsumsi listrik APII; kedua, Len akan menyewa sisa atapnya untuk pemasangan PLTS," kata Zakky dalam keterangan pers, Jumat (6/11/2020).

Sementara itu, Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, mengatakan, "Jika secepatnya (kajian) ini sudah jadi, bisa kita masukkan dalam roadmap pengembangan renewable energy. Harapan saya bisa selesai sebelum akhir tahun sehingga rencana dalam RKAP memiliki acuan yang jelas. Asumsi saya bisa meminimalkan biaya operasi konsumsi listrik mencapai 10 sampi 15% jika maksimal. Di sisi lain, kita bisa memanfaatkan penyewaan atap atau space area bandara yang bisa digunakan untuk pemasangan panel surya."

Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM, Hariyanto, mengatakan bahwa pihaknya ingin mendorong kerja sama ini bukan semata menjalankan keputusan SK No.252 saja, melainkan yang lebih utama adalah untuk mendorong penggunaan PLTS di lingkungan Angkasa Pura II.

"Kementerian ESDM melalui EBTKE (Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi), khususnya Direktorat Konservasi Energi diharapakan dapat mengawal kerja sama ini dan menyinergikan dengan Bandara Soetta, Kualanamu, dan Banyuwangi. Khususnya Bandara Banyuwangi yang akan dijadikan bandara green and efficient airport," kata Hariyanto, Jumat (6/11/2020).

Melalui kerja sama ini diharapkan bisa diketahui berapa energi terbarukan yang perlu dipasang dan penggunaan optimalnya seperti apa. Kemudian, sebagai pelaksana pembangunannya adalah perusahaan patungan atau JV (joint venture) yang dibentuk oleh Len Industri, Pertamina, dan PLN.

Kolaborasi BUMN seperti ini bisa menjadi inisiator pemanfaatan PLTS yang lebih luas di Indonesia, sekaligus untuk mengejar target energi bauran 2025 tentang Kebijakan Energi Nasional pada Perpres No.79 tahun 2014.

BUMN bisa menjadi role model implementasi green energy di Indonesia dan membantu pemerintah mengurangi ketergantungan terhadap BBM dan emisi gas rumah kaca. Pemanfaatan PLTS di Indonesia masih rendah dengan kapasitas terpasang baru mencapai 152,44 MWp.

Potensi pemanfaatkan PLTS di seluruh lingkungan BUMN diperkirakan sebesar 1,4 Giga Watt peak (GWp) dengan biaya investasi kurang lebih Rp15 triliun. Pemanfaatannya bisa diterapkan di jalan tol, bandara, SPBU, stasiun, pertambangan, pabrik, kantor, perkebunan, tambang, dan sebagainya.

Potensi tersebut terdiri dari jalan tol 81,7 MW, bandara 167 MW, SPBU 75 MW, stasiun 55,8 MW, tambang 131 MW, pabrik 28 MW, kantor 35,75 MW, perkebunan 400 MW, pelabuhan 192 MW, serta gudang 231,5 MW.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: