Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BRG dan PP Muhammadiyah Gagas Kader Jihad Ekologi Gambut

BRG dan PP Muhammadiyah Gagas Kader Jihad Ekologi Gambut Kredit Foto: Dok. BRG

Wakil Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah, Budi Nugroho mengatakan program kolaborasi BRG dan tiga majelis ini sebagai usaha untuk mengatasi persoalan lahan gambut. Kegiatan ini sendiri dilakukan dengan tiga pendekatan, diantaranya, pendekatan spiritual melalui Majelis Tabligh; pendekatan sosio-ekologi melalui Majelis Lingkungan Hidup; dan pendekatan pemberdayaan umat melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat.

“Ini merupakan bagian dari resolusi jihad ekologi, ikhtiar bersama mengatasi kebakaran lahan gambut. Kolaborasi PP Muhammadiyah dan BRG ini diharapkan menjadi bagian dari usaha nyata lembaga persyarikatan untuk menyelesaikan persoalan bangsa,” kata Budi.

Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah, Nurcholis menyebut kerja sama ini menjadi cara meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Sebagai tindak lanjut, dia ingin mengajak kader Muhammadiyah untuk melakukan penguatan internal.

“Muhammadiyah punya struktur yang sangat bagus, kita terapkan yang sudah disampaikan BRG,” ucap Nurcholis.

Apresiasi disampaikan Ketua Wilayah Pimpinan Muhammadiyah Provinsi Riau, Saidul Amin. Menurutnya Pelatihan Sekolah Lapang Tanpa Bakar ini menjadi cara untuk mengingatkan kembali peran umat Islam sebagai khalifah yang menjadi pelaku dan pengharmoni alam semesta. 

“Saya menyambut baik pelatihan program ini, semoga lahan-lahan mubazir ini menjadi menjadi lahan produktif,” kata Amin.

Membuka Lahan Tanpa Membakar

Adapun materi penting yang disampaikan dalam Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar yaitu pembelajaran bagi petani gambut. Menurut Direktur Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) Syahroni Yunus persoalan gambut bukan hanya semata kebakaran lahan semata. Lahan gambut yang umumnya berada di area terpencil, membuat akses warga terhadap informasi pengolahan lahan tanpa bakar menjadi penting.

Syahroni mengatakan, melalui Sekolah Lapang inilah informasi semacam itu dapat diberikan melalui praktik. Sebagai langkah awal, harus dilakukan pemetaan area yang bisa dikelola dan tidak bisa dikelola. Setelah itu petani perlu menyiapkan penggunaan produk ramah lingkungan. 

Salah satu pendekatan yang disarankan yaitu penggunaan bahan pembenah tanah yang berasal dari mikro organisme lokal (MOL). Penggunaan pupuk alami juga menjadi bagian penting dalam membangun ekosistem pertanian di lahan gambut. Syahroni mengatakan, penggunaan pupuk organik didasarkan pada jenis tanaman.

“Pilih tanaman yang cocok baru kita lakukan interfensi pupuk organik cair yang dihasilkan dari tanaman kita,” ucap Syahroni.

Dalam pandangannya, proses pertanian alami berarti mengendalikan hama. Bukan membasminya. Sehingga dia menyarankan memahami ketidaksukaan hama. Hama tidak menyukai rasa pahit, yang beracun, yang menimbulkan gas, yang memabukkan, serta yang warnanya cerah. 

Selain dari teknis perawatan tanaman juga metode tanam. Salah satunya kebun melingkar, yang akan membuat air dan siklus di lahan rawa gambut terjaga. Cara ini juga mempunyai nilai estetika. Sehingga generasi muda tertarik dan orang yang bertani tidak monoton dengan bedengan. 

Teknik bertani lain yang dia bagi yaitu hugelkultur. Teknik ini tidak perlu membuka lahan secara massif. Sisa kayu dari pohon bisa dimanfaatkan sebagai media tanam. Kayu-kayu itu ditumpuk dan dilapisi semak belukar. Diharapkan wawasan semacam itu bisa membuka pemahaman baru bagi petani, terutama saat menjalankan praktik pertanian.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: