Dr Tin Herawati: Jika Tak Dicegah, Pandemi Covid-19 Bisa Tingkatkan Kasus Stunting
"Untuk mencapai target tersebut, tentunya perlu upaya dari berbagai pihak untuk ikut mencegah stunting. Di sisi lain, pada masa pandemi COVID-19, rawan terjadi masalah gizi termasuk stunting. Berbagai hasil kajian di masa pandemi menunjukkan makanan yang dikonsumsi menjadi lebih sedikit dan kualitas makanan menjadi lebih buruk sebagai akibat dari ketahanan ekonomi keluarga yang menurun. Kondisi tersebut menunjukkan isu kerawanan pangan muncul di masa pandemi akan berimplikasi pada buruknya asupan gizi yang memberi peluang terjadinya masalah gizi, termasuk stunting," ujarnya.
Kondisi ini akan semakin mengkhawatirkan jika asupan gizi yang buruk terjadi pada masa 1.000 HPK, yaitu masa 270 hari atau sembilan bulan dalam kandungan ditambah 730 hari atau sampai anak berusia dua tahun.
Isu lain yang muncul di masa pandemi adalah keharmonisan keluarga. Hasil kajian selama pandemi, ditemukan tindakan kekerasan dan perselisihan antara suami isteri. Hal ini berpeluang pada perceraian. Menurut Data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, kasus perceraian terus meningkat setiap tahun dan pola yang sama juga terjadi pada masa pandemi COVID-19.
Penyebab perceraian terbanyak adalah perselisihan dan pertengkaran terus menerus serta masalah ekonomi. Kasus perceraian banyak terjadi pada usia perkawinan di bawah lima tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar perceraian terjadi pada usia perkawinan masih muda, yang memiliki peluang usai anaknya masih di bawah lima tahun mungkin juga di bawah dua tahun.
Hubungan pernikahan yang tidak harmonis dan berujung pada perceraian berpengaruh terhadap kebahagiaan yang dirasakan oleh keluarga. Ketidakbahagiaan yang dirasakan akibat dari perceraian orang tuanya dapat menimbulkan permasalahan psikologis yang menganggu tumbuh kembang anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya anak-anak yang berasal dari keluarga yang mengalami perceraian biasanya memiliki kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan keluarga yang harmonis. Hal ini sangat terkait dengan rendahnya kualitas pengasuhan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti