Di tengah pelaksanaan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), penanaman tanaman sela (tumpang sari) begitu bermanfaat untuk menambah pendapatan petani. Berbagai jenis tanaman semusim seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan hingga tanaman pangan seperti sorgum cocok dipilih sebagai tanaman sela di tengah kebun sawit yang diremajakan.
PT Paya Pinang Group mampu membuktikan sorgum sebagai tanaman sela di kebun peremajaan sawit yang berlokasi Kebun Mendaris B, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kesuksesan ini dibuktikan dengan panen perdana sorgum di Kebun Mendaris dan penanaman perdana tanaman kelapa sawit di Kebun Laut Tador, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.
Presiden Direktur Paya Pinang Group, Kacuk Sumarto mengatakan, penanaman sorgum sangat bermanfaat untuk dijadikan tanaman sela dalam kegiatan peremajaan sawit rakyat. Selain itu, sorgum merupakan tanaman alternatif pangan nasional.
Baca Juga: Sawit Berkontribusi Besar, Namun Masih Dituding yang Tidak Benar
"Tanaman ini sangat menguntungkan bila daun sorgum yang telah dipanen dijadikan makanan sapi dan kotoran sapi dijadikan biogas dan sebagai tambahan untuk pupuk tanaman sawit," ujar Sumarto seperti dilansir dari sawitIndonesia.com (25/11/2020).
Kegiatan panen sorgum dan jagung yang dilakukan oleh Paya Pinang ini merupakan bentuk atau fasilitas yang dapat digunakan para petani untuk belajar menanam sorgum. Selain itu, penanaman tanaman sela semusim ini juga dapat menguntungkan petani dari sisi ekonomi dan teknis budi daya.
Panen perdana ini menghasilkan sorgum sebanyak 3 ton kering per hektare per sekali panen, atau 8-9 ton per hektare per tahun. Sorgum sekali tanam dapat dipanen tiga kali setiap empat bulan, atau sekali tanam bisa dipanen tiga kali dalam satu tahun.
"Dari sorgum bisa menghasilkan ampas batang dan daun sejumlah sekitar 210 ton per hektare per tahun cukup bisa menyediakan pakan ternak untuk 10 ekor sepanjang tahun dengan jatah makanan 30 kg per hari," terang Kacuk.
Peneliti Senior Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Eddy Sutarta mengatakan, tumpang sari sawit dengan tanaman semusim merupakan kegiatan yang telah banyak dilakukan oleh petani sebagai upaya memeroleh nilai tambah pemanfaatan lahan terutama saat peremajaan di mana tidak ada pendapatan dari TBS. Selain itu, dengan tumpang sari, perkembangan gulma dapat tertekan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: