Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Drakor StartUp Curi Perhatian Pengusaha, Bagaimana Realita StartUp yang Sebenarnya?

Drakor StartUp Curi Perhatian Pengusaha, Bagaimana Realita StartUp yang Sebenarnya? Drama Korea StartUp. | Kredit Foto: Instagram/startup_tvndrama
Warta Ekonomi, Jakarta -

Drama Korea StartUp semakin mencari perhatian banyak orang. Tak hanya para penggemar drama Korea, tetapi juga berhasil menarik perhatian para pengusaha, terutama di Indonesia. Drama Korea StartUp menceritakan perjalanan Nam Do San dan Seo Dal Mi membangun sebuah perusahaan rintisan. Lantas, benarkah realita membangun StartUp seperti itu?

Dalam YouTube Channel Merry Riana yang bertajuk 'Drama Korea Start-Up & Founder Institute Indonesia - Andy Zain & Merry Riana' membuka tabir-tabir bagaimana sebuah perusahaan StartUp berjalan.

Baca Juga: Kisah Startup: Pandemi, Begini Strategi Pemasaran Digital Insurtech Qoala

Dalam drama Korea StartUp, ada sebuah tempat bernama SandBox yang akan menjadi mentor bagi perusahaan rintisan. Lantas, apakah di Indonesia ada tempat seperti itu? Sayangnya, Andy Zain yang merupakan Founder Kejore Venture mengungkap bahwa di Indonesia, tempat seperti SandBox tidak ada.

Tetapi, ia menceritakan beberapa StartUp Indonesia seperti Tokopedia, Traveloka hingga Kejora Venture sendiri terbentuk karena mindset 'SandBox'. Andy mengungkapkan, memiliki mindset 'SandBox' itu sendiri lebih penting daripada tempat atau wadah seperti SandBox.

Mindset 'SandBox' adalah bagaimana orang-orang bisa berpikir mengumpulkan ide-ide terbaik, berkumpul, lalu membicarakan ide bisnis hingga terbentuk sebuah tim. Mulai dari mengumpulkan skill manajemen hingga skill desain sangat dibutuhkan untuk memulai StartUp.

Karena itulah penting untuk kerja sama tim dalam memulai StartUp. Spirit dan mindset SandBox itu sejatinya telah tercipta pada rentetan StartUp di Indonesia. Andy Zain menceritakan bagaimana dulu mereka saling berbagi kantor hingga melaksanakan Demo Day di kantor Kejora yang merupakan venture capital tetapi Demo Day yang berjalan justru dari beragam visi StartUp.

Dalam drama StartUp, ada CEO SandBox Yoon Sun Hak yang menjadi penopang para StartUp tersebut. Dalam sebuah scene, ia mengungkap bahwa orang-orang yang datang ke SandBox ibaratkan sebuah mobil.

Ada mobil yang sudah berjalan tetapi rusak seperti Nam Do San yang pintar, memiliki produk yang bagus tetapi tak bisa pitching untuk produknya. Lalu, ada yang berganti mobil seperti Won In Jae yang sudah berpengalaman membuat perusahaan tetapi ingin memulai perusahaan baru karena satu dan lain hal.

Terakhir, bahkan ada yang baru ingin mengendarai mobil itu seperti Seo Dal Mi. Dal Mi sama sekali tak punya ide bisnis apalagi modal, tetapi ia memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi pengusaha. Lantas, benarkah dalam kenyataan dunia StartUp seperti itu?

Andy Zain mengungkap membangun StartUp berbeda dengan membangun bisnis yang lain. Bisnis yang lain seperti membangun pabrik atau jasa berpacu pada hal yang sudah ada sebelumnya. Tetapi, StartUp adalah ide baru yang belum pernah dibuat orang. Hal ini justru cukup sulit untuk mendatangkan investor atau melakukan peminjaman uang ke bank karena kebanyakan dari mereka justru meragukan dan tak yakin dengan ide tersebut.

Selain itu, kebanyakan StartUp dikerjakan oleh 'anak baru'. Semisal, baru lulus kuliah atau bahkan orang yang Drop Out dari perkuliahan seperti Seo Dal Mi. Tak sedikit orang yang akan bertanya-tanya atau bahkan meremehkan ide bisnis StartUp tersebut.

Lalu, orang-orang yang terjun ke dalam StartUp cenderung orang baru yang belum pernah berbisnis sebelumnya atau bahkan tak punya modal sama sekali. Hal ini akan semakin diragukan.

Tetapi, ketika mereka memiliki mindset dan spirit 'SandBox', justri itulah modal yang paling dibutuhkan dan akan membawa mereka pada kesuksesan. Karena itu, dibutuhkan akselerator yang bisa membawa mereka kepada networking dan investor.

Lebih lanjut, ada kehadiran mentor yang akan membimbing dan membawa mereka bertemu investor untuk direkomendasikan hingga mereka membentuk perusahaan StartUp. Disebutkan bahwa mentor memang harus mengatakan yang sejujurnya meski pahit demi perkembangan perusahaan.

"Mentor tugasnya membuat tak nyaman," ujar Andy.

Selain itu, Andy menambahkan bahwa network seperti itulah yang dibutuhkan. Karena itu, StartUp tak bisa jalan sendiri, dibutuhkan berbagai komponen.

"Harus ada yang menyatukan dan membuat ekosistem seperti ini. Karena itulah ada ecosystem builder, orang yang membangun ekosistem, mempertemukan semuanya." lanjut Andy.

Namun, Andy Zain menegaskan bahwa dibutuhkan anak yang sudah 'bagus' agar waktu mentor yang terbatas bisa dimaksimalkan untuk membimbing mereka. Di berbagai negara, biasanya akan dibantu dan didorong pemerintah. Di Indonesia, kini juga mulai dibantu oleh pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Namun, dibutuhkan konsistensi yang bekelanjutan. Bukan dikerjakan karena memang tugas, tetapi karena memang passion seperti CEO SandBox Yoon Sun Hak yang mengerjakan itu semua sendiri, itulah ecosystem builder.

"Orang-orang seperti ini yang bisa menghidupkan industri. Kita butuh orang seperti itu," ujar Andy.

Andy melanjutkan, yang terpenting adalah mindset bahwa orang itu percaya ia tak bisa melakukan segalanya sendiri. Seperti dibutuhkan ahli di bidang informatika, desain dan ia bersedia berbagi keadilan untuk satu dan lainnya. Mereka juga harus sama-sama komitmen agar berhasil.

"Silicon Valley bukanlah tempat, tetapi mindset yang bisa dibawa hingga ke Korea, berjalan, ke Berlin, berjalan dan Jakarta harusnya berjalan juga," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: