Jaksa Agung Bilang Gak Ada Kecurangan, Nasib Trump di Ujung Tanduk
Bulan lalu, Barr mengeluarkan perintah kepada kejaksaan AS yang memperbolehkan mereka untuk menyelidiki "dugaan-dugaan substansial" tentang penyimpangan dalam pemungutan suara, sebelum hasil pemilihan presiden 2020 disahkan.
Perintah itu memungkinkan jaksa penuntut untuk melangkahi kebijakan lama departemen kehakiman yang melarang penyelidikan semacam itu dilakukan sebelum hasil pemilihan disahkan. Langkah itu mendorong petinggi bidang pidana pemilu di departemen tersebut untuk mengundurkan diri.
"Ada kecenderungan yang berkembang untuk menggunakan sistem peradilan pidana sebagai semacam penyelesaian segala masalah, dan orang-orang ketika tidak menyukai sesuatu, mereka ingin Departemen Kehakiman terlibat dan `menyelidiki'," tambah Barr.
Dia juga mengatakan kepada AP bahwa dia telah menunjuk seorang jaksa penuntut veteran untuk terus menyelidiki asal usul penyelidikan penasihat khusus Robert Mueller tentang dugaan campur tangan dalam pemilu.
Sudah terlambat bagi Departemen Kehakiman AS untuk mengambil tindakan yang akan mendukung upaya Donald Trump untuk membalikkan hasil pemilihan presiden 2020.
Namun, pada Selasa kemarin, Jaksa Agung Bill Barr secara efektif mengakhiri harapan sekecil apa pun yang ada dari penyelidik federal untuk memberi Trump kesempatan menyelamatkan karir politiknya.
Pernyataan departemen kehakiman yang tidak menemukan "kecurangan dalam skala yang dapat mempengaruhi hasil yang berbeda dalam pemilu", seharusnya tidak mengejutkan.
Pengacara presiden sendiri belum menunjukkan bukti dalam tuntutan hukum mereka yang menentang hasil pemungutan suara. Yang patut dicatat, bagaimanapun, adalah bahwa Barr memilih untuk berkomentar di depan umum daripada tetap diam dan membiarkan kurangnya temuan atau tuduhan yang diumumkan untuk berbicara sendiri.
Menurut laporan berita, Trump telah mengeluh secara tertutup tentang kurangnya dukungan yang dia terima dari Barr dan Biro Penyelidikan Federal (FBI) dalam upayanya untuk mengaitkan kekalahannya dengan kecurangan.
Dia sudah berselisih dengan gubernur-gubernur Republik di Arizona dan Georgia --dua negara bagian yang secara tradisional konservatif dan tempat dia kalah lawan Joe Biden-- karena mereka gagal menyuarakan keprihatinan Trump.
Barr mungkin hanya target terbaru kemarahan presiden.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: