Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga CPO di W1 Desember 2020: Tertinggi 7 Tahun Terakhir

Harga CPO di W1 Desember 2020: Tertinggi 7 Tahun Terakhir Kredit Foto: Antara/Irwansyah Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Melewati pekan I-Desember 2020, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat sebesar 17,2 persen menjadi US$934 per MT (atau sekitar Rp13.188.080 per MT) dibandingkan periode yang sama secara m-o-m.

Jika dibandingkan minggu lalu, average price yang tercatat tersebut menguat 5,1 persen dari yang sebelumnya sebesar US$888,5 per MT (atau sekitar Rp12.545.620 per MT). Meskipun penyebaran pandemi Covid-19 masih masif di Indonesia, harga harian CPO yang sebesar US$975 per MT (atau sekitar Rp13.767.000 per MT) dalam pekan tersebut berhasil mencetak harga tertinggi sepanjang tujuh tahun terakhir.

Baca Juga: Kabar Baik dari India, Negeri Bollywood Ini Bawa Rekor Tertinggi CPO di November

Stok produksi tandan buah segar (TBS) di perkebunan sawit di Indonesia dan Malaysia yang terbatas sebagai dampak dari La Nina dan pemeliharaan kebun yang tidak optimal sejak pandemi Covid-19 menjadi sentimen yang mengerek harga CPO bergerak naik. Ketersediaan vaksin Covid-19 di dunia menjadi kabar baik yang membuka peluang pasar makin besar dan kembali stabil.

Senada dengan hal tersebut, analisis komoditas LMC International Ltd, Inggris, James Fry memperkirakan harga minyak sawit terhadap Brent akan tetap tinggi hingga kuartal kedua 2021 yang disebabkan masih rendahnya stok minyak sawit. Menurut James, jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, industri minyak sawit akan bersaing dengan minyak kedelai terutama untuk pasar India.

Selain itu, India sebagai konsumen terbesar minyak sawit global pada pekan lalu memutuskan untuk memangkas bea masuk sebesar 10 poin persentase dari 37,5 persen menjadi 27,5 persen. Pemerintah India dikabarkan mencemaskan harga minyak nabati lokal yang terlalu tinggi.

Presiden Indian Vegetable Oil Producers Association (VPA), Sudhakar Desai, memperkirakan, permintaan CPO di negaranya dapat melonjak hingga 100.000 ton per bulan dengan kebijakan tersebut. Sebab, impor CPO akan lebih murah ketimbang produk pesaingnya.

"Pemangkasan ini membuat CPO lebih kompetitif. Kami cukup membayar bea masuk 7,5 persen lebih murah dibandingkan impor minyak kedelai atau biji bunga matahari," ungkap Desai seperti dilansir dari Reuters.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: