Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peluang Betakaroten dan Tokoferol dari Minyak Sawit

Peluang Betakaroten dan Tokoferol dari Minyak Sawit Pekerja menurunkan Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari dalam truk pengangkutan di tempat penampungan Desa Leuhan, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Rabu (14/10/2020). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat volume ekspor produk minyak sawit dan turunannya pada Agustus 2020 sebesar 2,68 juta ton atau turun 14,25 persen dibandingkan bulan Juli yang mencapai 3,13 juta ton. | Kredit Foto: Antara/Syifa Yulinnas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sejumlah riset nasional dan internasional telah membuktikan bahwa minyak kelapa sawit memiliki kandungan vitamin A dan E yang sangat tinggi. Bahkan, kandungan vitamin A pada minyak sawit tercatat jauh lebih tinggi dibandingkan wortel yang sudah terkenal lebih dahulu sebagai sumber vitamin A terbesar.

Terkait hal ini, pengamat pertanian, Prof. Bungaran Saragih, dalam Webinar Prospek Bisnis Vitamin A dan E Berbasis Minyak Kelapa Sawit di Jakarta, Rabu (9/12/2020) menjelaskan, kondisi masyarakat Indonesia masih banyak mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) dan stunting. Hal ini menjadi peluang untuk produksi vitamin A dan E di dalam negeri dengan bahan baku yang berasal dari komoditas minyak sawit karena hingga saat ini, Indonesia masih tercatat sebagai pengimpor vitamin A dan E.

Baca Juga: Kelapa Sawit, Komoditas Berpeluang Sangat Besar Majukan Ekonomi Indonesia

Namun demikian, Bungaran mengakui, untuk menjadikan minyak sawit sebagai sumber vitamin A dan E yang berguna untuk kesehatan, memerlukan proses panjang yang harus dikuasai industri dalam negeri, terutama mengubah/ekstrak dari minyak sawit.

"Prosesnya panjang dan rumit. Ada masalah engineering, sosial, bahkan politik pemerintah. Peran pemerintah sangat penting. Untuk menangkap peluang itu, jangan malu kita bekerja sama dengan asing, terutama dari sisi teknologi," tuturnya.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (APOLIN), Rapolo Hutabarat, mengakui, industri hilir minyak sawit belum banyak digarap secara bisnis. Misalnya, POME yang dapat menghasilkan listrik dan gas, tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber listrik dan etanol, serta betakaroten dan tokoferol untuk bahan baku industri makanan dan farmasi.

Lebih lanjut Rapolo menjelaskan, produksi nasional yang mencapai 45 juta ton CPO per tahun dapat menghasilkan sekitar 13,5 ribu ton betakaroten per tahun atau senilai US$4,7 miliar (atau sekitar Rp66,27 triliun). Sementara, produksi tokoferol dari jenis minyak sawit 600 ppm dapat menghasilkan 27 ribu ton atau setara US$2,7 miliar (atau sekitar Rp38,07 triliun) per tahun.

Di pasar internasional, penjualan betakaroten natural berkisar US$350–7.500 per kg, sedangkan tokoferol sebesar US$100 per kg. Rapolo mengatakan, hingga saat ini, belum ada perusahaan Indonesia yang terjun ke industri betakaroten dan tokoferol sehingga menjadi tantangan dan peluang bagi semua pelaku industri perkebunan kelapa sawit.

"Dari 20 perusahaan global yang bermain di industri betakaroten, semuanya perusahaan asing. Ada lima negara, yakni Belanda, Jerman, Denmark, Amerika Serikat, dan Israel. Begitu juga pemain global tokoferol ada 16 industri seperti BASF dan DSM," jelas dia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: