Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

JK: Saya Kenal Baik dengan Anies Baswedan, Saya yang Dukung Dia Jadi Calon Gubernur

JK: Saya Kenal Baik dengan Anies Baswedan, Saya yang Dukung Dia Jadi Calon Gubernur Kredit Foto: Antara/Nando
Warta Ekonomi -

Kabar kedekatan Jusuf Kalla (JK) dengan Anies Baswedan bukan hoaks. JK mengakui kedekatannya dengan Anies. Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 ini mengungkapkan perannya dalam mencalonkan dan mendukung Anies di Pilkada DKI Jakarta pada 2017.

"Saya kenal baik dengan Anies, benar. Saya yang mendukung dia jadi calon gubernur, itu benar," aku JK dalam program Special Interview with Claudius Boekan yang diunggah di YouTube Beritasatu.

Baca Juga: Netizen Sarankan Anak Jokowi Gibran Rakabuming Maju ke Pilgub DKI Gantikan Anies Baswedan

JK lalu menceritakan proses pencalonan Anies di Pilkada 2017. Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) ini melobi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden PKS Sohibul Iman untuk mengusung Anies.

"Malam-malam, 12 jam sebelum penutupan (pendaftaran calon) saya telepon Pak Prabowo dan Presiden PKS. Semua setuju (mencalonkan Anies)," terang JK.

Saat itu, JK sebenarnya sedang berada di New York, Amerika Serikat. Ia bela-bela menelepon Prabowo dan Sohibul lantaran menilai bahwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan membahayakan situasi Jakarta. Ibu Kota akan ribut terus. "Dan bisa-bisa kena akibatnya ke Pak Jokowi," imbuhnya.

Saat itu, Ahok adalah calon petahana. Posisinya sangat kuat. Elektabilitasnya tinggi. Dia mencalonkan kembali sebagai Gubernur DKI didampingi Djarot Saiful Hidayat.

Namun, jelang Pilkada digelar, Ahok terseret kasus penodaan agama akibat pidatonya yang menyinggung surat Al-Maidah ayat 51. Kasus ini kemudian memicu demonstrasi besar Aksi Bela Islam berjilid-jilid yang dimotori Front Pembela Islam (FPI).

JK memastikan, keputusan itu untuk menyelamatkan Jokowi. Meskipun dia tahu ada perbedaan pandangan politik antara dirinya dan Jokowi dalam Pilkada DKI 2017. Menurut JK, perbedaan politik itu tak mengganggu kinerjanya sebagai Wakil Presiden saat itu.

"Tentu semua orang punya pandangan politik yang berbeda. Kalau hari itu, saya berbeda dengan Jokowi, ya saya harus sependapat dalam melaksanakan tugas. Tapi, dalam pilihan politik, kita bisa berbeda," ujarnya.

JK membantah anggapan bahwa sikapnya mendukung pencalonan Anies merupakan bentuk pembangkangan ke Jokowi. Apalagi dirinya dan Jokowi tidak membicarakan sosok calon Gubernur DKI. "Kita tidak pernah bicara siapa calon gubernur," imbuhnya.

Mengenai kiprah Anies di Jakarta, JK memastikan tidak melakukan intervensi apa pun. Meskipun punya "saham", JK tak mau mengganggu kerja Anies.

"Bahwa saya mendorong, iya benar, mencalonkannya (Anies). Tapi, setelah dia mencalonkan sah, ya jalan sendiri-sendiri," kata JK.

Bagaimana dengan Pilpres 2024? JK mengaku, meminta Anies untuk tidak bicara masalah Pilpres 2024. Dia ingin Anies menyelesaikan tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta dengan sebaik-baiknya lebih dahulu.

"Eh, 2024 masih empat tahun. Pak Jokowi dari gubernur ke presiden, prosesnya satu tahun lebih. Jangan bicara itu (Pilpres 2024) dulu. Sekarang, bangun Jakarta dengan sebaik-baiknya. Jangan banjir, jangan macet dan dibuat bersih. Itu saja, saya bilang sama Anies begitu," terang JK.

Baca Juga: Ini yang Dirasakan Anies Sekarang...

Menurut JK, peluang di 2024 akan datang sendiri kalau Anies berhasil memimpin Jakarta. Namun, peluang itu bukan hanya untuk Anies, melainkan juga untuk para kepala daerah lain, seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Semua itu akan tergantung apa yang dibuatnya dari tahun ini, sampai di 2024. Tak usah atur-atur dari sekarang. Berbuat yang maksimum saja sekarang," sarannya.

Lalu, apakah JK masih akan maju di Pilpres 2024? JK bilang, pada 2024, dia akan berusia 82 tahun. JK mengaku ingin menikmati masa tuanya dan tak mau lagi aktif dalam kegiatan politik praktis. Ia lebih senang mengurus masalah kemanusiaan, keagamaan, internasional, dan memenuhi undangan menjadi pembicara untuk topik perdamaian di banyak negara.

"Bahwa kita memperhatikan politik, iyalah. Namanya juga bekas wapres, banyak orang datang minta konsultasi," ucapnya.

Namun, dia sudah memutuskan untuk tidak terlibat dalam politik praktis. Ia mengakui, tawaran memang terus berdatangan. Misalnya, beberapa waktu lalu, pengurus Partai Golkar memintanya untuk duduk di pengurusan sebagai Ketua Penasihat.

"Saya tidak mau. Saya mau menikmati masa tua saja," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: