Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Masa Pandemi, APLI Sebut Direct Selling Mampu Berkontribusi Rp16,3 T

Di Masa Pandemi, APLI Sebut Direct Selling Mampu Berkontribusi Rp16,3 T Kredit Foto: Dok. APLI
Warta Ekonomi, Jakarta -

Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI) mencatat, bisnis direct selling mampu berkontribusi terhadap perekonomian negara hingga Rp16,3 triliun selama masa pandemi Covid-19.

Bahkan, bisnis direct selling tetap eksis dan bertumbuh di tengah banyak perusahaan mengurangi karyawan hingga gulung tikar. 

Baca Juga: 5 Alasan Kemendag Dukung Bisnis Pemasaran Jaringan Direct Selling

Ketua APLI, Kany V Soemantoro menjelaskan, selama masa pandemi Covid-19 ini, bisnis direct selling mampu memberikan pendapatan Rp16,3 triliun.

Pihaknya berharap bisnis direct selling bisa membantu lebih besar lagi bagi perekonomian negara ke depan.

"Di saat bisnis lain gulung tikar dan melaksanakan PHK karyawan. Namun industri direct selling justru tetap eksis. Semua keberhasilan itu berkat leader, mitrabusaha, dan anggota yang selalu melakukan penjualan produk industri kami,” ujar Kany dalam acara APLI Convention And Awards 202 di Jakarta, baru-baru ini. 

Sementara itu, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo ikut mengapresiasi eksistensi APLI yang telah berkontribusi bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.

Dikatakannya, merujuk laporan tahunan dari 147 perusahaan pada 2019, perusahaan direct selling, termasuk yang menjalankan penjualan dengan sistem berjenjang (multi level marketing), berhasil mencatatkan transaksi penjualan Rp14,7 triliun dengan melibatkan 5,3 juta mitra usaha. 

"Catatan menggembirakan lainnya yang patut diapresiasi adalah bahwa skema MLM ini juga dimanfaatkan bagi pelajar dan mahasiswa sehingga mereka bisa berwirausaha sambil menempuh pendidikan," ujar mantan Ketua KADIN ini.

Dia menjelaskan, sektor penjualan langsung MLM juga berjasa untuk menjaga dan melindungi produk dalam negeri. Karena lebih dari separuh atau sekitar 51,86 persen produk yang dijual merupakan produk dalam negeri.

Meskipun demikian, pria yang akrab disapa Bamsoet ini tiak menutup mata jika hingga kini masih ada kendala yang dihadapi. Dintaranya, stigma negatif masyarakat terhadap bisnis penjualan langsung. 

"Hal ini dipicu oknum-oknum pelaku usaha yang tidak mengindahkan kode etik dan aturan dalam penawaran program, sehingga justru menimbulkan sikap antipati masyarakat," jelas Bamsoet yang juga hadir digelaran APLI Convention and Awards 2020 ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: