Meskipun masih dihadang pandemi Covid-19, ekspor Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, terjadi kenaikan volume permintaan dan harga komoditas andalan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan batu bara pada November 2020.
Meningkatnya volume ekspor berdampak pada total nilai ekspor periode November yang mencapai US$15,8 miliar (atau sekitar Rp222,8 triliun). Secara m-o-m, nilai tersebut menguat sekitar 6,36 persen dan secara y-o-y mengalami kenaikan yang lebih tinggi yakni mencapai 9,54 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, "total ekspor pada November 2020 adalah sebesar US$15,28 miliar dan kenaikan terjadi karena ada kenaikan permintaan volume dan didorong kenaikan harga."
Baca Juga: Kontribusi Devisa Sawit Rp300 Triliun, Berikut Maknanya untuk Perekonomian Nasional
Peningkatan ekspor secara y-o-y tersebut didorong oleh kenaikan sektor non-migas sebesar 12,41 persen, sedangkan sektor migas terkontraksi 26,27 persen pada y-o-y. Pada periode tersebut, BPS mencatat komoditas non-migas yang mengalami peningkatan harga yang cukup tajam yakni minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan batu bara.
Minyak kelapa sawit mencatatkan kenaikan harga sebesar 12,03 persen pada m-o-m dan naik 33,93 persen secara y-o-y. Sementara itu, komoditas batu bara juga mengalami peningkatan harga sebesar 7,57 persen m-o-m, tetapi masih turun 6,22 persen secara y-o-y.
Lebih lanjut Suhariyanto mengatakan, nilai ekspor pada November yang mencapai US$15,28 miliar ini merupakan nilai ekspor yang tertinggi selama 2020, bahkan sejak Oktober 2018 yang tercatat sebesar US$15,91 miliar.
"Dari angka ini kita bisa lihat pertumbuhan ekspor November 2020 sangat menggembirakan karena naik secara m-o-m maupun y-o-y," jelasnya.
Di sisi lain, BPS mencatat total nilai impor pada November 2020 yakni sebesar US$12,66 miliar (atau sekitar Rp178,5 triliun) yang didorong oleh peningkatan impor non-migas sebesar 19,27 persen pada m-o-m. Namun, secara y-o-y, nilai impor mengalami penurunan sebesar 17,46 persen. Dengan demikian, BPS mencatat neraca perdagangan pada periode tersebut mengalami surplus sebesar US$2,6 miliar (atau sekitar Rp36,67 triliun).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: