Hamas Batasi Perayaan Natal di Palestina Justru Picu Kontroversi
Kelompok tersebut menuding keputusan Hamas tidak terkait dengan upaya membendung penyebaran COVID-19.
"Ini menegaskan tanpa keraguan bahwa keputusan itu berasal dari visi sektarian yang sempit," tambahnya.
Dia juga memperingatkan Hamas tentang bahaya kebijakannya yang menyebarkan racun perpecahan di antara orang-orang Palestina.
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama yang dikendalikan Hamas pada Sabtu malam mengeluarkan "klarifikasi" terkait keputusan kontroversial tersebut. "Kebijakan kami didasarkan pada toleransi dalam Islam, yang mendukung kebebasan beribadah," kata kementerian itu.
“Umat Kristen di Palestina pada umumnya, dan di Jalur Gaza pada khususnya, adalah mitra di tanah air, perjuangan dan perjuangan, dan kami mewakili bersama mereka nilai-nilai tertinggi hidup berdampingan manusia dan memiliki hubungan strategis dengan mereka. Pemerintah [Hamas] mengamankan ritual keagamaan mereka dan melindungi gereja serta tempat perayaan mereka," jelasnya.
Menurut kementerian, dokumen tentang perayaan Natal itu ditujukan kepada umat Islam yang berpartisipasi dalam acara keagamaan non-Muslim dan tidak ada hubungannya dengan umat Kristen yang mengadakan perayaan mereka.
Jumlah orang Kristen di Jalur Gaza telah menurun secara signifikan dalam dekade terakhir. Pada 2009, diperkirakan ada 3.000 orang Kristen di Jalur Gaza. Saat ini, ada kurang dari 1.000 orang yang masih tinggal di daerah kantong pesisir yang dikuasai Hamas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto